Laman

Jumat, 20 Januari 2012

Kisah Inspirasi : Alquran Menjawab Semua Pertanyaanku...

Saat berusia tujuh tahun, Muhammad Kasim Wolf mengalami sebuah peristiwa yang tak terlupakan. Ia menyaksikan sang nenek yang dicintainya meninggal dunia di sampingnya. Peristiwa itu telah menggoreskan sebuah kesan dan pertanyaan dalam hatinya.

"Apa yang terjadi setelah kematian," hati kecilnya bertanya. Pertanyaan hidup setelah mati itu telah membuatnya tertarik pada spiritualitas. Ia pun mencari jawabannya dengan mempelajari ajaran agama-agama yang ada di dunia ini. Namun, tak ada agama yang bisa memberi jawaban atas pertanyaan yang berkecamuk dalam dirinya.

"Hingga akhirnya, saya bertemu dengan Islam. Alquran dapat menjawab semua pertanyaan saya dan memberi jalan hidup sempurna, membimbing pada kebahagiaan dunia dan akhirat nanti," ungkapnya penuh syukur. Pencarian kebenaran yang dilakukannya tidaklah mudah.

Jauh sebelum memeluk Islam, Kasim memang mengaku sudah mengenal agama yang disebarkan Nabi Muhammad SAW itu. "Pertemuan pertama saya dengan Islam pada 1981 ketika berusia 18 tahun dan bepergian ke Eropa selama tiga bulan dengan uang setara Rp 200 ribu," tuturnya mengenang.

Dalam perjalanan itu, Kasim juga sempat mengunjungi Maroko selama dua pekan. Di kota Tangier, tempat kelahiran Ibnu Batuta, penjelajah Muslim legendaris itulah Kasim pertama kali mendengar kumandang azan untuk pertama kalinya.

"Saat itu, saya sangat menyukai kultur Islam yang saya temui di sana," ujarnya. Dua pekan hidup bersama sebuah keluarga miskin di Maroko, telah banyak mengubah hidupnya. Satu tahun kemudian, tepatnya pada 1982, di usianya yang ke-19, Kasim memutuskan untuk disunat dengan alasan kesehatan.

Ketika itu, ia menetap di Schweinfurt dekat dengan tempat kelahiran Friedrich Ruckert yang menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa Jerman dari 1820-1826. Perkenalannya dengan Islam yang menggoreskan kesan dalam hatinya akhirnya membuahkan sebuah berkah. Kasim akhirnya benar-benar bisa memeluk agama yang sempurna.

Ia mengucapkan dua kalimah syahadat pada 1996 di Indonesia. Allah SWT membuka jalan menuju Islam kepada Kasim lewat belahan jiwanya yang kemudian dinikahinya, Fariah Abu Yusuf. Saat itu, dia dihadapkan pada dua pilihan: pulang terlebih dahulu ke Jerman atau tetap tinggal di Indonesia dan memulai hidup baru sebagai seoarang mualaf dan suami dari istrinya.

Kasim pun menemui seorang ustaz. Ia disarankan agar dirinya segera masuk Islam dan menikahi perempuan yang dicintainya, sehingga tak berbuat zina. "Beliau memberi saya air bunga dengan doa untuk saya minum dan mandi pada waktu shalat yang lima waktu," ungkapnya

Setelah mengucap dua kalimah syahadat, Kasim mempersunting gadis pujaannya. Ada sebuah pengalaman menarik yang dialaminya ketika awal-awal memeluk Islam. Di antara waktu shalat, Kasim tertidur. Ketika terbangun saya merasa seperti seorang bayi baru lahir. "Istri saya bilang seluruh tubuh saya wangi bunga."

Pengusaha busana Muslim itu mengaku banyak mengenal Islam dari istri, teman-teman dan berbagai pengajian. Keputusannya memeluk Islam sempat membuat keluarganya di Jerman marah. Ia tak mendapat restu dari keluarganya. "Mereka marah dan antipati," ucapnya. Namun, tantangan itu tak menyurutkan tekadnya untuk menjadi seorang Muslim yang baik.

Kasim sangat bersyukur, karena begitu banyak orang yang mendorong dan mendukungnya menjadi seorang Muslim. "Saya ingin berterima kasih kepada Allah SWT yang telah memberi kehidupan, juga kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa Alquran dan memberikan jawaban atas pertanyaan yang ada dalam diri saya."

Meski pada masa awal-awal keislamannya, Kasim mengaku sering mendapat godaan dari setan. "Awalnya sulit sekali mendisiplinkan diri untuk menjalankan shalat lima waktu. Godaan setan terasa begitu hebat waktu itu, namun saya berhasil menyempurnakan ibadah puasa selama satu bulan pertama kali tahun 1996," tuturnya sumringah.

Lalu apa pandangannya tentang Islam? Menurut dia, Islam moderat adalah satu-satunya jalan untuk menyiapkan keluarga menuju Hari Akhir. Kasim mengungkapkan, ketika seorang hamba hendak bertemu Allah SWT, maka harus bertanggung jawab atas semua perbuatan yang telah dilakukan.

"Ini adalah satu-satunya cara untuk menanamkan nilai-nilai kebenaran untuk anak-anak kita dan memberi mereka pemahaman yang benar, mengapa kita lahir dan akan ke mana kita?" ungkapnya. Ia menegaskan bahwa Islam menanamkan saling hormat, saling pengertian, dan iman dalam keluarga

Cinta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, papar dia, menjadi motif untuk semua perbuatan kita dan bukan perbuatan untuk perolehan personal, karena Allah memberikan apapun yang dibutuhkan hamba-Nya. Menurut dia, setiap orang dibedakan oleh motif yang keluar dari lubuk hatinya masing-masing.

Kasim juga bersyukur sudah berkunjung ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji dan umrah. Ketika pertama kali melihat Ka’bah, ia merasakan jiwa seperi pulang ke rumah. Di hadapan rumah Allah SWT itu, ia berlutut dan menangis. Kasim merasakan sebuah keistimewaan saat berada di Makkah dan Madinah.

"Keduanya adalah tempat terdekat di bumi ini untuk bisa sampai ke Allah SWT dan itu adalah satu-satunya tempat, yang membuat kita bisa meninggalkan semua gagguan duniawi dan fokus pada perjalanan spiritual jiwa," paparnya.

Kasim memiliki konsep pendidikan yang sangat menarik yang tanamkan kepada keluarganya. Menurut dia, Allah SWT menciptakan manusia, Allah SWT mencintai manusia sepanjang masa tanpa syarat. Ia mengatakan, setiap orang kembali kepada anugrah Tuhan dengan cinta yakni mengikuti aturan-Nya, tuntunan Nabi Muhammad dan petunjuk Alquran.

"Karena saya sebagai seorang imam dalam keluarga, saya hanya bisa membimbing keluarga dengan memberi mereka contoh yang baik sebagai seorang Muslim dan berusaha meningkatkan diri setiap hari. Selalu mengingat Allah SWT, beribadah sebaik-baiknya dan mensyukuri nikmat yang diberikan," jelasnya.

Salah satu konsep yang penting yang ia tanamkan adalah budaya mau mendengar. "Satu konsep penting lainnya adalah mendengarkan. Mendengarkan istri Anda, mendengarkan anak-anak Anda, teman-teman Anda, orang-orang yang Anda temui dan mendengarkan hati Anda."

Dalam pandangan Kasim, mendengarkan adalah melatih kesabaran. Melalu mendengar, setiap orang dapat menahan diri dari sikap kebiasaan bereaksi. ''Dengan mendengarkan kita bisa menyerap pengetahuan. Jika mendengarkan hati, membantu kita membuat pilihan yang tepat."

Sumber: republika.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ditunggu komentarnya ya sobat... kalo belum punya blog, isi dengan nama sobat saja... URL nya bisa dikosongkan.. thank...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...