Laman

Senin, 27 Juni 2011

Beberapa Sifat Setan Yang Patut ditiru

Setan dan manusia memang pada dasarnya 2 makhluk yang berbeda dan saling bermusuhan. Manusia pada umumnya pasti benci kepada setan karena sifat jahatnya. Namun, di sifat-sifat jahat ini ternyata ada beberapa sifat setan yang patut di tiru.

Mari kita intip beberapa sifat setan yang bisa kita tiru.

1. Pantang menyerah
Setan tidak akan pernah menyerah selama keinginannya untuk menggoda manusia belum tercapai. Sedangkan manusia banyak yang mudah menyerah dan malah sering mengeluh.


2. Kreatif
Setan akan mencari cara apapun dan bagaimanapun untuk menggoda manusia agar tujuannya tercapai, selalu kreatif dan penuh ide. Sedangkan manusia ingin enaknya saja, banyak yang malas.


3. Konsisten
Setan dari mulai diciptakan tetap konsisten pada pekerjaannya, tak pernah mengeluh dan berputus asa. Sedangkan manusia banyak yang mengeluhkan pekerjaannya, padahal banyak manusia lain yang masih nganggur dan membutuhkan pekerjaan.


4. Solider
Sesama setan tidak pernah saling menyakiti, bahkan selalu bekerjasama untuk menggoda manusia. Sedangkan manusia, jangankan peduli terhadap sesama, kebanyakan malah saling bunuh dan menyakiti.


5. Jenius
Setan itu paling pintar otaknya dalam mencari cara agar manusia tergoda. Sedangkan manusia banyak yang tidak kreatif, bahkan banyak yang jadi peniru dan plagiat, tidak mau menciptakan ide-ide baru.


6. Tanpa Pamrih
Setan itu bekerja 24 Jam tanpa mengharapkan imbalan apapun. Sedangkan manusia, tidak dibayar tidak akan dilakukan. Materi seharusnya bukanlah hal yang terpenting dalam hidup ini!


7. Suka berteman dan kompak
Setan adalah mahluk yang selalu ingin berteman, berteman agar banyak temannya di neraka kelak. Sedangkan manusia banyak yang lebih memilih mementingkan diri-sendiri dan egois. Manusia dalam mengerjakan sesuatu cenderung ingin menonjolkan kemampuannya sendiri dibanding bekerja sama dengan orang lain.


Sifat jahat setan memang hendaknya jangan ditiru! Tapi tidaklah dosa jika kita mencontoh sifat-sifat baiknya yang bisa berguna bagi kebaikan diri kita dan sesama.

Sumber : cahayaku-cahayamu.blogspot.com
Read More..

Jumat, 17 Juni 2011

Syarat Diterimanya Ibadah dalam Islam Bukan Hanya Niat

Oleh: Badrul Tamam

Sesungguhnya dien Islam ini dibangun di atas dua landasan utama. Pertama, tidaklah beribadah kecuali kepada Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya. Kedua, tidak beribadah kecuali dengan syariat-Nya yang disampaikan oleh para utusan-Nya. Dan ini merupakan intisari dari dua kalimat syahadat yang diikrarkan seorang muslim. La ilaaha Illallaah, menuntut agar seseorang beribadah kepada Allah semata, yang berarti menuntut niat yang benar hanya untuk Allah (ikhlas) dalam rangka melaksanakan dien-Nya.

Muhammad Rasulullah, menuntut agar seseorang dalam melaksanakan ibadah kepada Allah (yang terkandung dalam syahadat pertama) mengikuti orang yang telah Allah utus bagi umat ini untuk menyampaikan ajaran dan syariat ibadah yang dikehendaki oleh-Nya. Dan utusan Allah tersebut hanya menyampaikan ajaran yang berasal dari-Nya semata, bukan dari pesanan kaumnya atau hawa nafsunya. Sehingga apa yang disampaikannya bukan berasal dari hawa nafsunya, namun dari wahyu yang diturunkan kepadanya. Maka siapa yang beramal dalam Islam dengan ajaran yang tidak disampaikan oleh Rasulullah, maka amal itu tertolak. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

وَمَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

"Siapa yang melaksanakan satu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka amal itu tertolak." (Muttafaq 'alaih)

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

"Siapa yang mengada-adakan baru dari urusan kami ini (Islam) yang bukan berasal darinya, maka ia tertolak." (Muttafaq 'alaih)

Islam Adalah Agama Allah

Sesungguhnya dien ini adalah dienullah, yakni ajaran yang bersumber dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tidak diketahui kecuali melalui wahyu yang disampaikan oleh-Nya melalui Jibril kepada utusan-Nya (Nabi Muhammad) Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Sedangkan kewajiban kita adalah menerima dan tunduk serta mengikuti dengan apa yang disampaikan olehnya. Imam Ibnu Syihab al-Zuhri berkata –sebagaimana yang dinukil Imam Bukhari dalam Shahihnya secara ta'liq-,

مِنْ اللَّهِ الرِّسَالَةُ وَعَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْبَلَاغُ وَعَلَيْنَا التَّسْلِيمُ

"Dari Allah-lah risalah, dan kewajiban Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyampaikan, sementara kewajiban kita adalah taslim (menerima dan tunduk)."

Imam Al-Barbahari berkata dalam kitabnya Syarhus Sunnah:

اعلموا أن الإسلام هو السنة والسنة هو الإسلام ولا يقوم أحدهما إلا بالآخر

"Ketahuilah, bahwa Islam adalah sunnah dan sunnah itu adalah Islam, tidak masing-masing tidak bisa tegak kecuali dengan yang lain." (Syarhus Sunnah, hal. 3)

Dan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sudah menyampaikan Islam tersebut secara keseluruhan kepada umatnya dan menerangkannya secara tuntas kepada para sahabatnya. Lalu para sahabat dengan penuh amanat –karena mereka orang pilihan yang Allah adakan untuk menemani Nabi-Nya dan menjaga agama-Nya- telah mengemban dien ini dan menyampaikan apa adanya tanpa menambahi dan mengurangi. Sehingga apabila kita mendengar ucapan seorang tokoh atau alim tentang Islam dan ibadah di dalamnya maka jangan tergesa-gesa, kata Imam al-Barbahari, sehingga kita bertanya dan memperhatikan apakah hal itu telah dibicarakan oleh sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam atau oleh salah seorang ulama Ahlus Sunnah. "Apabila Anda mendapatkan sebuah atsar tentang hal tersebut dari mereka , maka peganglah erat-erat dan janganlah coba-coba meninggalkan karena alasan apapun sehingga memilih jalan yang lain, sehingga Anda terjatuh ke dalam api nereka." (dari perkataan Imam Al-Barbahari)

Syarat Diterimanya Ibadah Bukan Hanya Niat Ikhlas

Berkaitan dengan niat baik dan ikhlas dalam ibadah, merupakan syarat untuk diterimanya ibadah. Namun, syarat untuk diterimanya ibadah bukan itu saja. Lihatlah apa yang disampaikan al-Fudhail bin 'Iyadh dalam menafsirkan ahsanu amala (yang terbagus amalnya) dalam QS. Al-Mulk: 2: "Akhlashubu Wa Ashwabuhu (yang paling ikhlas dan benar)" Kemudian beliau menjelaskannya: "Sesungguhnya suatu amal apabila ikhlas namun tidak benar maka tidak diterima. Dan apabila benar namun tidak ikhlas juga tidak diterima. Sehingga amal itu ikhlas dan benar. Maka (yang dimaksud) ikhlas adalah apabila untuk Allah sedangkan benar adalah apabila sesuai sunnah." (Dinukil dari Fathul Majid, Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh, hal. 450)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, "Kedua syarat ini (ikhlas dan sesuai syariat yang disampaikan Rasulullah), yang tanpanya maka tidak sah amal seseorang. Maksudnya: sehingga ikhlas dan benar. Sementara ikhlas haruslah amal itu untuk Allah, sedangkan shawab (benar) haruslah amal itu mengikuti syariat. Sehingga sahnya secara dzahir dengan mutaba'ah (mengikuti sunnah) dan batinnya dengan ikhlas. Maka siapa yang dalam amalnya kehilangan salah satu dari kedua syarat ini, ia menjadi rusak. Siapa yang kehilangan ikhlas ia menjadi munafik, mereka itulah yang bermaksud riya' (ingin dipuji) terhadap manusia. Dan siapa yang kehilangan mutaba'ah (kesesuaian dengan sunnah) maka ia sesat dan bodoh. Kapan saja terkumpul keduanya maka itulah amal orang-orang beriman." (Tafsir Ibnu Katsir, QS. Al-Nisa': 125)

Makna Benar Dalam Ibadah

Syaikh Muhammad bin Shalih bin Utsaimin rahimahullah menjelaskan persoalan ini dalam fatawanya yang menjawab pertanyaan, "Apa syarat-syarat ibadah yang benar di dalam Islam?". Kemudian beliau menjawab dalam beberapa point sebagai berikut:

Pertama, haruslah ibadah tersebut sesuai dengan syariat berkaitan dengan sebabnya. Maka siapa yang beribadah kepada Allah dengan suatu ibadah yang dibangun di atas sebab yang tidak ditetapkan oleh syariat, maka ibadah tersebut tertolak. Karena ibadah tersebut tidak diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Contohnya: Perayaan peringatan Maulid (hari kelahiran) Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan orang yang merayakan malam 27 Rajab dengan meyakini sebagai malam diMi'rajkannya beliau, maka perayaan peringatan tersebut tidak sesuai dengan syariat dan tertolak. Hal ini berdasarkan dua pertimbangan:

Dalam tinjauan tarikh, tidak ada keterangan pasti dan kuat bahwa Mi'rajnya Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pada malam 27 Rajab. Kitab-kitab hadits yang ada di tengah-tengah kita tidak ada satu hurufpun yang menunjukkan bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dimi'rajkan pada malam 27 Rajab. Dan sebagaimana yang diketahui bahwa informasi tentang masalah ini tidak boleh dipastikan kecuali dengan sanad-sanad yang shahih.
Kalaulah ada kepastian waktu terjadinya, apakah kita berhak membuat ibadah baru di dalamnya atau menjadikannya sebagai perayaan? Selamanya tidak. Oleh sebab itu, saat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tiba di Madinah dan beliau melihat kaum Anshar memiliki dua hari yang mereka bersenang-senang di dalamnya, beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah telah menggantikan untuk kalian yang lebih baik dari pada dua hari tersebut," lalu beliau menyebutkan kepada mereka Idul Fitri dan Idul Adha. Ini menunjukkan, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam membenci perayaan hari besar yang diadakan di dalam Islam selain perayaan-perayaan Islam yang berjumlah tiga: dua perayaan tahunan, yakni Idul Fitri dan Idul Adha; dan satu hari raya pekanan, yakni hari Jum'at. Kalaulah ada ketetapan bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dimi'rajkan pada malam 27 Rajab, maka tidak boleh kita mengadakan perayaan apapun tanpa izin dari Pemilik Syariat (Allah Subhanahu wa Ta'ala).

Sebagaimana yang telah saya (Syaikh Ibnu 'Utsaimin) katakan kepada kalian bahwa bid'ah itu persoalan benar dan pengaruhnya terhadap hati itu sangat buruk, sampai kalaupun seseorang saat pelaksanaannya merasakan hatinya menjadi tenang dan lembut, maka pasti sesudahnya akan terjadi keadaan yang berbalik. Karena kebahagiaan hati dengan kebatilan tak akan langgeng, bahkan akan berganti rasa sakit, penyesalan dan kerugian. Dan setiap bid'ah pasti mengandung bahaya, karena ia menciderai risalah. Konsekuensinya, meyakini bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam belum menyempurnakan syariat. Padahal Allah Ta'ala telah berfirman:

أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu." (QS. Al-Maidah: 3). Anehnya, orang-orang yang tertimpa musibah bid'ah ini sangat semangat dalam menjalankannya, dan dalam satu waktu mereka meremehkan sesuatu yang lebih bermanfaat, lebih benar, dan lebih bermakna. Oleh sebab itu kami katakan, perayaan malam 27 Rajab sebagai malam dimi'rajkannya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam merupakan amalan bid'ah, karena ia dibangun di atas sebab yang tidak ditetapkan oleh syariat.

Kedua, haruslah ibadah itu sesuai dengan syariat dalam jenisnya. Misalnya seseorang berkorban dengan kuda. Karena itu kalau ada orang yang berkurban dengan kuda maka ibadahnya itu menyelisihi syariat dalam jenisnya. Karena berkurban tidak boleh kecuali dengan binatang ternak, yaitu unta, sapid an kambing.

Ketiga, ibadah tersebut harus sesuai dengan syariat dalam kadarnya (jumlahnya). Kalau ada seseorang yang mengatakan bahwa ia shalat Dzuhur enam rakaat, apakah ibadahnya ini sesuai dengan syariat? Sekali-kali tidak, karena ia tidak sesuai dengan kadar yang ditetapkannya. Kalau ada seseorang yang berdzikir: Subhanallah, Hamdulillah, dan Allahu Akbar sesudah shalat fardhu sebanyak 35 kali, apakah itu sah? Jawabannya: jika Anda berniat sebagai ibadah kepada Allah Ta'ala dengan jumlah ini, maka Anda telah salah. Dan jika Anda berniat menambahinya lebih dari apa yang disyariatkan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam tetapi Anda masih meyakini bahwa yang disyariatkan adalah 33 kali, maka dalam hal ini tambahan tersebut tidak apa-apa. Karena Anda telah melepaskannya dari kegiatan ta'abbud (sesudah shalat) dengan hal itu.

Keempat, ibadah tersebut harus sesuai dengan syariat dalam kaifiyahnya (tatacaranya). Kalau ada seseorang beribadah sesuai dengan jenisnya, kadar, dan sebabnya, tapi menyalahi syariat dalam tatacaranya, maka ibadah tersebut tidak sah. Misalnya: seseorang yang mengalami hadats kecil lalu berwudhu, namun ia mencuci kadua kakinya lalu baru mengusap kepalanya, kemudian membasuh mukanya, maka apakah wudhunya tersebut sah? Tidak sah, karena dia menyelisihi syariat dalam kaifiyah.

Kelima, ibadah tersebut harus sesuai dengan syariat berkaitan dengan waktunya. Misalnya, seseorang berpuasa Ramadhan pada bulan Sya'ban atau bulan Syawal. Atau seseorang shalat Dzuhur sebelum matahari tergelincir atau saat bayangan suatu benda sama panjangnya dengan benda itu; karena jika ia shalat sebelum matahari tergelincir maka ia mengerjakan shalat itu sebelum waktunya. Dan jika ia shalat sesudah bayangan sebanding dengan bendanya, ia mengerjakannya sesudah berlalu waktunya, maka shalatnya itu tidak sah. Oleh karenanya kami katakan, apabila seseorang meninggalkan shalat dengan sengaja sehinga keluar (habis) waktunya tanpa ada satu udzur, maka shalatnya tidak diterima walau ia shalat seribu kali. Dari sini kita menetapkan satu kaidah penting dalam bab ini: Setiap ibadah yang ditentukan waktunya apabila seseorang mengerjakannya di luar waktunya tanpa ada udzur (alasan syar'i) maka ibadah tersebut tidak diterima atau tertolak. Dalilnya adalah hadits Aisyah Radhiyallahu 'Anha, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

وَمَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

"Siapa yang melaksanakan satu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka amal itu tertolak." (Muttafaq 'alaih)

Keenam, ibadah tersebut harus sesuai dengan syariat berkaitan dengan tempatnya. Kalau seseorang melaksanakan wukuf pada hari 'Arafah di Muzdalifah, maka tidak sah wukufnya, karena ibadahnya tidak sesuai dengan tuntunan syariat berkaitan dengan tempat. Missal lainnya, kalau seseorang beri'tikaf di rumahnya, maka tidak sah i'tikafnya tersebut. Karena tempat i'tikaf adalah masjid, karena itu tidak sah wanita yang melakukan i'tikaf di rumahnya, karena rumah bukan tempat beri'tikaf. Dan saat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam melihat sebagian istrinya mendirikan kemah di masjid (karena adanya persaingan) maka beliau memerintahkan untuk membongkar kemah tersebut dan membatalkan i'tikaf; dan beliau tidak mengarahkan mereka untuk mengerjakannya di rumah-rumah mereka sendiri. Ini menunjukkan bahwa tidak sah i'tikafnya seorang wanita di rumahnya karena menyalahi tuntunan syariat berkaitan dengan tempat.

Dan suatu ibadah tidak disebut memenuhi mutaba'ah (mengikuti Sunnah) kecuali jika keenam hal ini terkumpul dalamnya. Yaitu: sebabnya, jenisnya, kadarnya, kaifiyahnya, waktu dan tempatnya. (Selesai fatwa beliau rahimahullah)

Sumber www.voa-islam.com
Read More..

Selasa, 14 Juni 2011

Cara Mudah Dan Sehat Menurunkan Berat Badan

Ada banyak cara untuk menurunkan berat badan, mulai dari mengurangi porsi makan, diet atau berolahraga. Tapi setidaknya ada 5 cara menurunkan berat badan tanpa berdiet atau olahraga. Apa saja?

Memperbanyak aktivitas atau berolahraga memang cara terbaik untuk membakar kalori dan menurunkan berat badan. Namun bagi orang yang tidak memiliki banyak waktu, cara tersebut tidak bisa menjadi pilihan utama. Berikut 5 cara menurunkan berat badan tanpa harus diet ketat atau berolahraga, seperti dilansir Hubpages:

1. Minum teh hijau
Teh hijau membantu menurunkan berat badan dalam beberapa cara, salah satunya karena mengandung polyphenol dalam tingkat yang sangat tinggi. Studi menunjukkan bahwa tingkat tinggi polyphenol dalam teh hijau meningkatkan sistem metabolisme tubuh hingga 4 persen. Metabolisme yang lebih cepat membantu tubuh melepaskan lebih banyak lemak dan kalori.

2. Makan lebih banyak protein
Makan makanan tinggi protein juga dapat mempercepat laju metabolisme dengan mendukung massa otot. Dikutip WebMD, protein membantu membangun otot dan otot membakar lebih banyak kalori daripada lemak.

Protein juga bekerja sebagai penekan nafsu makan dengan membuat Anda merasa kenyang lebih cepat dan lebih lama daripada karbohidrat. Makan protein mengaktifkan hormon alami yang mempromosikan penurunan berat badan, yang disebut PYY. Hormon ini mengurangi rasa lapar.

Makanan yang kaya protein misalnya susu, keju,keju, telur, keju cottage, ikan, daging merah, ayam, kacang-kacangan dan biji-bijian.

3. Jangan ngemil di malam hari
Ada dua teori di balik berat badan dan tidur. Salah satunya adalah bahwa Anda benar-benar tidak aktif ketika tidur dan tidak dapat membakar makanan terakhir, jadi lebih cenderung disimpan sebagai lemak.

Teori lainnya adalah bahwa tetap terjaga sampai larut malam menyebabkan hasrat ingin makan karbohidrat dan makanan manis semakin besar karena tubuh dirancang untuk tidur di malam hari.

4. Minum air es
Banyak yang tahu bahwa minum delapan gelas air sehari bermanfaat untuk kesehatan dan membantu dalam penurunan berat badan, tetapi sedikit yang mengetahui manfaat tambahan minum air es. Penelitian terbaru menunjukkan minum air es bisa membakar kalori dengan meningkatkan laju metabolisme.

5. Stop makan secara emosional
Emosi dapat memicu rasa lapar dan keinginan makan lebih banyak dari kebutuhan yang dibutuhkan tubuh. Stres, kesedihan, kebosanan, kecemasan dan kemarahan dilaporkan sebagai penyebab makan secara emosional. Kenalilah rasa lapar yang disebabkan oleh sinyal tubuh atau hanya berupa emosi belaka.



sumber www.voa-islam.com
Read More..

Tepuk Tangan dan Siulan Saja Disebut Ibadah, Apalagi Hormat Bendera

Oleh: Abu Izzudin  

Allah Azza Wa Jalla berfirman :

وَمَا كَانَ صَلَاتُهُمْ عِنْدَ الْبَيْتِ إِلَّا مُكَاءً وَتَصْدِيَةً فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ

"Tidaklah shalat (ibadah) mereka (kaum musyrik) di sekitar Baitullah itu, kecuali hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu". (QS Al Anfal 35)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda

لَيْسَ مِنَّا مَنْ دَعَا إِلَى عَصَبِيَّةٍ

“Bukanlah golongan kami, mereka yang mengajak kepada Nasionalisme",. (HR. Abu Dawud)

مَنْ قُتِلَ تَحْتَ رَايَةٍ عُمِّيَّةٍ يَدْعُو عَصَبِيَّةً أَوْ يَنْصُرُ عَصَبِيَّةً فَقِتْلَةٌ جَاهِلِيَّةٌ

"Barangsiapa yang berperang dengan slogan primordialisme, mendakwahkan (mengajak dan menyerukan) nasionalisme atau membantu menegakkan nasinalisme, lalu ia mati MAKA IA MATI DALAM KEADAAN JAHILIYYAH". (HR. Muslim)

Lalu marilah kita bandingkan antara tepuk tangan dan siulan dengan upacara bendera dan segala pernik-perniknya.

* Penanaman Nasionalisme dalam penghormatan bendera dan upacara adalah dakwah Jahiliyyah sebagaimana hadits di atas.

* Mengheningkan cipta adalah tasyabbuh (menyerupai) dengan ibadahnya agama Hindu, Budha dan Kristen. Sedangkan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam melarang keras meniru upacara agama lain.

* Di antara bunyi syair lagu Indonesia Raya adalah : "Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya UNTUK INDONESIA RAYA = syair ini telah membatalkan pernyataan kita setiap shalat : "Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku, HANYALAH UNTUK ALLAH RABB SEMESTA ALAM"

* Dalam lagu Berkibarlah Benderaku terdapat syair "Siapa berani menurunkan engkau, serentak rakyatmu membela …. " Apakah ini bukan kalimat syirik ?

* Padahal Rasulullah bersabda dalam hadits shahih:

واِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سُخْطِ اللهِ لاَ يُلْقِى لَهاَ بَالاً فيَهْوِى بِهاَ فِى جَهَنَّمَ

“Ada seseorang yang mengucapkan suatu kalimat yang dimurkai Allah, sedangkan ia mengucapkannya tanpa tujuan yang jelas, tetapi disebabkan kalimat itu Allah Melemparkannya ke dalam neraka jahannam.” (Muttafaq Alaih). Na’udzu billah

* Di antara bunyi syair lagu Wajib “Padamu Negeri” adalah : “Bagimu Negeri JIWA RAGA KAMI” : ini adalah seruan jahiliyyah dan bertentangan dengan syahadat kita dan bisa menggugurkan ke Islaman pengucapnya. Padahal Allah Azza Wa Jalla berfirman :

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ

“Katakanlah: sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)." (QS Al An’am 162 – 163)

* Dalam Tafsir Ibnu Katsir juz 4/52 disebutkan : “Orang-orang Musyrik Quraisy mengelilingi Ka’bah dengan telanjang tanpa sehelai benang pun sambil bersiul-siul dan bertepuk tangan”. Dan ini oleh Allah disebut shalatnya kaum musyrik. Maka kalau sambil telanjang, tepuk-tepuk tangan dan siulan saja oleh Allah disebut "shalat" karena di situ ada makna pengagungan dan ketundukan kepada Latta, Uzza dan Manath, walaupun dalam bentuk yang mungkin aneh bagi kita, apalagi penghormatan bendera yang di dalamnya ada tujuan pengagungan terhadap bendera, bahkan rela mati demi Sang Saka Merah Putih tersebut. Apa bedanya dengan orang Jahiiyyah dulu???

Berikut ini tafsir Al Anfal 35 versi Departemen Agama : "Sembahyang mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu". Seterusnya Allah Subhanahu wa Ta'ala menerangkan sebab-sebab mereka tidak berhak menguasai Baitullah, dan daerah haram, yaitu karena mereka dalam waktu beribadat, mengerjakan tawaf mereka bertelanjang dan bersiul-siul serta bertepuk tangan.

روى عن إبن عباس رضى الله عنهما: كانت قريش تطوف بالبيت عراة تصفر وتصفق

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhu : “Orang-orang Quraisy mengitari Baitullah dalam keadaan telanjang, bertepuk tangan dan bersiul-siul”. (HR. Ibnu Abi Hatim dari Ibnu 'Abbas)

Dan diriwayatkan juga dari beliau :

وروى عنه: أن الرجال والنساء منهم كانوا يطوفون عراة مشبكين بين أصابعهم يصفرون منها ويصفقون

“Bahwa orang-orang Quraisy itu baik laki-laki maupun perempuan, mengelilingi Ka'bah dalam keadaan telanjang. Mereka saling berbimbingan tangan, bersiul-siul dan bertepuk tangan”. (HR. Ibnu Abi Hatim dari Ibnu 'Abbas)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menjelaskan bahwa makna ibadah adalah: “Ketundukan, ketergantungan, kepatuhan, merasa takut dengan hukuman yg akan ditimpakan, menyerah pasrah, mencintai dan merasa kehilangan manakala tidak ada di dekatnya.” BUKANKAH INI SEMUA YANG AKAN DITANAMKAN KEPADA RAKYAT INDONESIA TERHADAP BENDERA DAN TANAH AIRNYA DALAM SETIAP UPACARA DAN PENGHORMATAN BENDERA?

Dalam Syarah Kitab Tauhid, disebutkan :

تفسير العبادة، وهي: التذلل والخضوع للمعبود خوفاً ورجاء ومحبة وتعظيماً القول المفيد على كتاب التوحيد -

Tafsir dari Ibadah adalah : “Merendahkan diri dan tunduk patuh kepada yang diibadahi, dengan disertai rasa takut (akan hukuman), kecintaan yg dalam dan penghormatan serta pengagungan kepadanya " (Al Qaul Al mufid ‘Ala kitab Tauhid juz 1 hal 320)

Untuk lebih memperjelas makna IBADAH, berikut tambahan saya: Allah Azza Wa Jalla berfirman (artinya): “Mereka (Yahudi dan Nasrani) menjadikan orang-orang 'alim dan rahib-rahib (pendeta) mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allâh”. (QS At Taubah 31)

Apakah yang dimaksud menjadikan orang-orang 'alim dan rahid-rahib sebagai tuhan-tuhan selain Allâh? Apakah mereka sujud, menyembah kepada orang-orang 'alim dan rahib-rahib itu seperti orang-orang musyrik menyembah berhala?

Al-Imam Ibnu Katsir telah menjelaskan masalah ini dengan sebuah hadits dari jalur Al-Imâm Ahmad, At-Tirmidzî dan Ibnu Jarîr; yaitu hadits yang mengisahkan kedatangan 'Adi bin Hâtim ke Madînah dalam rangka kunjungannya yang pertama kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. -- ketika itu 'Adî masih beragama Nasrani -- dan memakai kalung salib dari perak. Maka Rasûlullâh saw. pun membacakan ayat ini (Surah At-Taubah (9) : 31) di hadapan 'Adî bin Hâtim : “Mereka (Yahûdi dan Nasrani) menjadikan orang-orang 'alim dan rahib-rahib (pendeta) mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allâh”. (QS At Taubah 31)

'Adî bin Hâtim segera menyanggah dengan mengatakan: “Sesungguhnya mereka tidak pernah ber'ibâdah (menyembah) kepada orang-orang 'alim dan para pendeta”.

Maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pun segera menjawab: “Sesungguhnya orang-orang 'alim dan para pendeta itu mengharamkan sesuatu yang halal terhadap mereka dan menghalalkan sesuatu yang haram, maka mereka pun menta'atinya. Demikian itulah penyembahan (ibadah) mereka kepada orang-orang 'alim dan para pendeta itu”. (Lihat Tafsîr Ibnu Katsîr juz II hal.348)

Mereka memang tidak melakukan sujud kepada para pendeta atau orang-orang 'alim mereka, akan tetapi mereka mentaati para pendeta dan orang-orang 'alim itu sedemikian rupa hingga hukum halal-haram bagi mereka adalah menurut aturan pendeta dan orang 'alim tersebut, bukan menurut Allah. Inilah pengertian atau makna 'ibadah yang sesungguhnya; yaitu : “Ta'at (patuh) dan merendahkan diri”, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.

Bukankah sikap pemerintah terhadap mereka yang menolak menghormat bendera atau menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan alasan Nasionalisme atau berbagai alasan lain yang mengada-ada sudah sangat nyata menunjukkan betapa bendera dan lagu kebangsaan dikultuskan sedemikian tingginya bahkan melebihi Rasulullah?

Pernahkah pemerintah ini sedemikian gusar melihat orang yang tidak puasa, tidak shalat atau tidak membayar zakat seperti gusarnya mereka melihat orang tidak mau hormat bendera?

Apakah mereka sebegitu gusar manakala lafadz "Allah" diinjak-injak oleh Ahmad Dhani atau saat Lia Eden mengaku sebagai Nabi, atau Ahmadiyyah menodai Islam? Bukankah bendera Merah Putih, Indonesia Raya dan simbol-simbol lainnya, lebih mereka junjung tinggi dan mereka hormati dibanding Allah dan Rasul-Nya.

Di NKRI ini seseorang bisa bebas menghina Allah, Rasulullah dan Dien Al Islam, tapi mereka tidak boleh sama sekali menghina Merah Putih atau Garuda Pancasila. Hukuman penjara telah menanti Allahu Musta'aan.

Sikap represif pemerintah terhadap mereka yang tidak mau hormat bendera atau ikut upaca bendera, semakin menunjukkan bahwa ini bukan sekedar masalah sepele, tapi ini soal IMAN dan AQIDAH.

Masihkah kita ragu bahwa musuh-musuh Allah sudah mengobok-obok aqidah dan iman kita serta mengancam syahadat anak istri dan keluarga kita?


CATATAN PENTING:

Bukan hukum tepuk tangannya atau bersiul yang kita masalahkan, tetapi pengagungan sesuatu selain Allah dengan cara bertepuk tangan dan bersiul. Bukan hanya tepuk tangan yang bisa disebut ibadah, bahkan kedipan mata seorang pendeta Barshisha yang merupakan isyarat ketundukan dan kepatuhan kepada iblis, sudah menyebabkannya murtad. Silahkan antum baca Tafsir surah Al Hasyr ayat 16

كَمَثَلِ الشَّيْطَانِ إِذْ قَالَ لِلْإِنْسَانِ اكْفُرْ فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ

“Seperti (bujukan) shaitan ketika dia berkata kepada manusia: "Kafirlah kamu", maka tatkala manusia itu telah kafir, maka ia berkata: "Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta Alam." (QS. Al Hasyr 16)

Apakah Lalu Berarti Mengedipkan Mata Hukumnya Haram?

Yang sedang saya bahas di sini adalah bahwa ibadah bukan hanya rukuk sujud, bahkan tepuk tangan, kedipan mata, desiran hati pun bisa menjadi ibadah jika itu dimaksudkan sebagai pengagungan, kepatuhan, ketundukan dan ketaatan mutlak kepada sesuatu. Wallahu Ta'ala a'lam.

Sumber www.voa-islam.com
Read More..

Selasa, 07 Juni 2011

Keanehan yang Dibuat-buat Pada Bulan Rajab

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah untuk Rasulullah, penutup para nabi dan Rasul, beserta keluarga dan para sahabatnya. . .


Kaum muslimin mengetahui bahwa bulan Rajab termasuk salah satu dari bulan-bulan haran yang Allah sebutkan dalam firman-Nya,

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu." (QS. Al-Taubah: 36)

Dan disebutkan dalam Shahihain, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam saat berkhutbah pada haji Wada' mengatakan,

إِنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

"Sesungguhnya zaman telah beredar sebagaimana yang ditentukan semenjak Allah menciptakan langit dan bumi. Dalam setahun terdapat dua belas bulan diantaranya empat bulan haram; tiga bulan diantaranya berurutan, (keempat bulan haram itu adalah) Dzulqa’dah, Dzulhijjah Muharram dan Rajab bulan Mudhar yang berada diantara Jumada (Akhirah) dan Sya’ban." (HR. Bukhari dan Muslim)

Kenapa dinamakan bulan haram?

Para ulama berselisih pendapat mengenai sebab penamaan bulan haram ini. Sebagian mereka mengatakan, dinamakan bulan haram dikarenakan besarnya kehormatan dan keagungan bulan-bulan tersebut serta besarnya akibat dari dosa yang dilakukan padanya. Ibnu Abi Thalhah dari Ibnu Abbas radliyallahu 'anhu mengatakan, "Allah menghusukan empat bulan yang Dia jadikan sebagai bulan-bulan haram, mengagungkan kehormatannya, menjadikan dosa yang dikerjakan di dalamnya jauh lebih besar (dari bulan-bulan lainnya) dan Dia menjadikan amal shaleh dan pahala (di bulan tersebut) juga lebih besar."

Sebagian pendapat yang lain mengatakan, karena diharamkan perang di dalamnya. Dan tentang larangan berperang pada bulan ini sudah menjadi kebiasaan orang-orang jahiliyyah sejak dahulu, bahkan sejak masa Nabi Ibrahim 'alaihis salam.

Kenapa dinamakan bulan Rajab?

Menurut Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah, dinamakan bulan Rajab karena dia diagungkan atau dihormati. Jika dikatakan rajaba fulanun maulaahu (Si fulan menghormati tuannya). Kaum jahiliyah sejak dahulu telah mengagungkan dan menghormati bulan ini.

Sebagian ulama, sebagaimana yang dikutip oleh Ibnu Rajab Al-Hanbali dalam Lathaif Al Ma’arif, bahwa bulan Rajab memiliki sekitar 14 nama dan sebagian lagi menyebut hingga 17 nama. Di antaranya adalah Rajab (mulia, terhormat, agung), Rajab Mudhar (sangat, lebih kemuliaan dan keharamannya), Munshil Asnah (melepas anak penah), Al-Ashamm (tuli), Al-Ashabb (mengena, mendapatkan), Munfis (yang indah dan bagus), Muthahhir (mensucikan, membersihkan), Ma'la (tempat tinggi), Muqim (berdiam diri), Haram (lemah tua), Muqasyqisy (terpelihara), Mubri' (bebas, lepas), Fard (menyendiri), sebagaimana sebagian yang lain menyebutnya sebagai Syahrullah (bulan Allah).

Kata rajab juga memiliki beberapa bentuk jama', di antaranya Arjaab, Rajabaanaat, Arjabah, Araajib dan Rajaabii, sebagaimana yang disebutkan oleh Al Hafizh Ibnu Hajar yang menukil penjelasan dari Ibnu Dihyah (Lihat Muqaddimah Tabyiin Al ‘Ajab)

Pengagungan orang jahiliyah terhadap bulan Rajab

Sejak dahulu, bangsa jahiliyah telah mengagungkan bulan Rajab ini, khususnya kabilah Mudharr. Karenanya disebutkan dalam hadits رَجَبُ مُضَرَ (rajab Mudharr). Ibnul Atsir dalam al-Nihayah, berkata: "Diidhafahkannya Rajab kepada Mudharr, karena mereka sangat-sangat mengagungkannya (bulan Rajab) yang berbeda dengan lainnya. Seolah-olah mereka semata yang mengistimewakannya."

Sejak dahulu pula, masyarakat jahiliyah telah mengharamkan perang pada bulan itu sehingga mereka menamakan perang yang terjadi pada bulan-bulan tersebut dengan Harbul Fujjar (perangnya orang-orang jahat), mereka bersama-sama melakukan doa pada hari kesepuluh dari bulan itu untuk mendoakan keburukan bagi orang dzalim, dan doa mereka dikabulkan.

"Sesungguhnya Allah membuat hal itu bagi mereka untuk mengekang sebagian mereka dari yang lain. Dan sungguh Allah menjadikan hari kiamat sebagai hari yang dijanjikan bagi mereka, sedangkan hari kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit," kata Umar bin Khathab radliyallahu 'anhu.

Mereka dahulu juga biasa menyembelih binatang sembelihan yang dinamakan Al-Athirah, yaitu kambing yang disembelih sebagai persembahan bagi berhala-berhala mereka, sedangkan darahnya dituangkan di atas kepala berhala itu. Lalu Islam membatalkan perbuatan itu berdasarkan riwayat Shahihain, "Tidak ada Fara' (anak pertama dari unta atau kambing yang disembelih sebagai persembahan bagi berhala) dan 'Athirah (hewan yang disembelih pada sepuluh hari pertama dari bulan Rajab sebagai persembahan bagi berhala, juga dikenal dengan Rajabiyah)."

Sebagian ulama salaf berkata, "Bulan Rajab adalah bulan menanam, Sya'ban bulan menyirami tanaman, sedangkan bulan Ramadlan adalah bulan memetik/memanen."

Diriwayatkan Al-Baihaqi dalam Syu'abul Imam dan Al-Da'awat al-Kabiir, dari Anas bin Malik berkata, "Adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam apabila memasuki bulan Rajab, beliau berdoa, Allahumma Baariklanaa Fii Rajaba wa Sa'baana wa Ballighnaa Ramadhaan (Ya Allah berkahilah kami dalam bulan Rajab dan Sya'ban serta sampaikan kami pada bulan Ramadlan)." Namun sayang hadits ini lemah sehingga tidak bisa diamalkan.

Bid'ah mungkar di bulan Rajab

Banyak orang yang membuat hal-hal baru (amal-amal bid'ah) dalam pada Rajab. Padahal Allah tidak pernah menurunkan tuntunan tentangnya, sementara para ulama telah memperingatkan, sebagaimana yang dilakukan Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim, Al-Syaathibi, Ibnu Rajab al-Hambali, al-Thurthusi, Ibnul Hajar, Syaikh Ali Mahfudz, Syaikh Ibnu Bazz, Syaikh Utsaimin, Syaikh Al-Fauzan, Syaikh Al-Albani dan lainnya rahmatullah 'alihim 'ajmain.

Berikut ini kami sebutkan beberapa kebid'ahan yang marak terjadi pada bulan Rajab. Kami menyebutkan ini tidak lain agar kita mengenalnya dan tidak tertipu olehnya, sebagaimana ungkapan syair, "Aku mengetahui keburukan bukan untuk mengamalkannya, tapi untuk menjauhinya. Siapa yang tidak mengetahui keburukan bisa dipastikan akan terjerumus ke dalamnya."

1. Shalat Alfiyah, yaitu shalat 100 rakaat dengan membaca surat Al-Ikhlash sebanyak 10 kali pada setiap rakaat, jadi jumlah surat Al-Ikhlash yang dibaca sebanyak seribu rakaat. Shalat ini dikerjakan pada hari pertama dari bulan Rajab dan pada pertengahan Sya'ban (nisfu Sya'ban).

2. Shalat Umi Dawud, yaitu shalat yang dilaksanakan pada pertengahan Rajab (nisfu Rajab), sebagaimana yang disebutkan Syaikhul Islam dalam Al-Iqtidha' hal. 293.

3. Shalat Raghaib (terkadang disebut dengan shalat Itsna 'Asyariyah), yaitu shalat malam Jum'at pertama dari bulan Rajab sesudah Isya'. Jumlah rakaanya dua belas. Pada setiap rakaat dibaca surat Al-Fatihah sekali, Surat al-Qadar tiga kali, dan surat Al-Ikhlas dua belas kali. Setiap dua rakaat ada salam. Shalat ini tidak pernah dicontohkan oleh Nabi dan para sahabatnya. Shalat ini dikenal setelah tahun abad keempat Hijriyah. Ibnu Rajab berkata dalam Lathaif al-Ma'arif (hal. 140), "Adapun shalat, tidak dibenarkan adanya shalat khusus yang dikerjakan pada bulan Rajab. Sedangkan hadits-hadits yang menyebutkan keutamaan shalat Raghaib pada malam Jum'at pertama dari bulan rajab adalah hadits dusta, batil, dan tidak sah."

4. Puasa sunnah pada bulan rajab. Tidak ada hadits shahih marfu’ yang mengkhususkan puasa sunnah di bulan Rajab, baik pada hari pertama, kedua, ketiga, ketujuh, atau pada keseluruhannya. Sedangkan hadits-hadits yang menunjukkan adanya puasa model di atas, statusnya maudhu' (palsu). Di antaranya, hadits yang menyebutkan: "Siapa yang puasa tiga hari pada bulan Haram, yaitu hari Kamis, Jum'at, dan Sabtu, maka Allah akan mencatat baginya pahala ibadah 700 tahun," dan dalam riwayat lain, "60 tahun". Hadits lainnya, "Puasa hari pertama dari bulan Rajab merupakan kafarat (penghapus dosa) untuk tiga tahun, pada hari kedua sebagai kafarat untuk dua tahun, lalu pada setiap harinya untuk kafarat selama satu bulan." Hadits yang lain yangtidak kalah masyhur, "Rajab adalah syahrullah (bulan Allah), Sya'ban adalah bulanku (Nabi Muhammad), dan Ramdlan adalah bulan umatku." Semua riwayat ini adalah palsu dan dusta.

Sedangkan mengisi bulan Rajab dengan puasa sebulan penuh telah diingkari oleh para ulama. Beberapa sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam diantaranya Aisyah, Umar bin Khaththab, Abu Bakrah, Ibnu Abbas dan Ibnu Umar radhiyallahu 'anhum jami’an telah mengingkari orang yang berpuasa penuh di bulan Rajab atau mengkhususkan puasa di bulan Rajab.

Ibnu Rajab berkata, "Adapun puasa, tidak ada keterangan yang sah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabatnya tentang keutamaan puasa khusus pada bulan Rajab."

Diriwayatkan dari Umar bin Khathab radliyallahu 'anhu, bahwa beliau pernah memaksa seseorang untuk membatalkan puasa Rajab dan berkata, "Apa itu (puasa) Rajab? Sesungguhnya Rajab diagungkan oleh orang Jahiliyah, maka ketika datang Islam hal itu ditinggalkan."

Ibnul Hajar berkata dalam Tabyin al-'Ajab bimaa Warada fii Fadhli Rajab : "Tidak terdapat dalil shahih yang layak dijadikan hujah tentang keutamaan bulan Rajab dan tentang puasanya, tentang puasa khusus padanya, dan qiyamullail (shalat malam) khusus di dalamnya."

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata tentang hadits-hadits keutamaan berpuasa dan shalat khusus di bulan Rajab, “Seluruhnya dusta menurut kesepakatan para ulama.”

Syaikh Utsaimin rahimahullah berkata, “Tidak ada keutamaan khusus yang dimiliki oleh bulan Rajab dibandingkan dengan bulan-bulan haram lainnya, tidak dikhususkan umrah, puasa, shalat, membaca Al-Qur'an bahkan dia sama saja dengan bulan haram lainnya. Seluruh hadits-hadits yang menyebutkan keutamaan shalat atau puasa padanya maka derajatnya lemah yang tidak boleh dibangun di atasnya hukum syar’i”

Namun bukan berarti berpuasa sunnah seperti puasa Senin-Kamis, tiga hari setiap bulan, Puasa Dawud, atau puasa mutlak pada bulan Rajab tidak diperbolehkan. Ibnu Shalah rahimahullah berkata, “Tidak ada hadits shahih yang melarang atau menganjurkan secara khusus berpuasa di bulan Rajab maka hukumnya sama saja dengan bulan lainnya yaitu anjuran berpuasa secara umum."

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Tidak ada larangan demikian pula anjuran secara khusus untuk berpuasa di bulan Rajab akan tetapi secara umum hukum asal puasa adalah dianjurkan."

5. Berziarah ke kuburan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada bulan ini. Menziarahi kuburan dan Masjid Nabi shallallahu 'alaihi wasallam disyariatkan sepanjang tahun, sebagaimana amal-amal taqarrub dan ketaatan lainya. Tetapi, menghususkan pada bulan ini termasuk bid'ah yang tidak memiliki landasan dalil. Menghususkan waktu ibadah yang tidak pernah Allah dan Rasul-Nya khususkan waktunya, maka termasuk bid'ah yang haram. Maka perhatikanlah hal ini. Dan sesungguhnya Syaikh Al-Albani dalam Ahkam al-Janaiz wa Bida'uha (Hukum-hukum seputar penyelenggaraan jenazah dan kebid'ahan-lebid'ahannya) telah menyebutkan keterangan ini dengan gamblang.

6. Memperingati Isra'-Mi'raj pada malam ke dua puluh tujuhnya, membaca kisah Mi'raj Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan mengadakan makan-makan dan pesta-pesta. Ini termasuk bid'ah yang munkar. Biasanya mereka membaca kisah Mi'raj yang dinisbatkan kepada Ibnu 'Abbas, padahal semuanya dusta dan menyesatkan.

Perayaan ini tidak boleh dikerjakan berdasarkan pertimbangan berikut ini:

- Para ahli ilmu berselisih pendapat tentang penentuan tanggal terjadinya peristiwa besar ini. Tidak ada dalil shahih yang menentukan malam tersebut, begitu juga bulannya. Dan setiap hadits yang menentukan waktu terjadinya malam tersebut adalah hadits lemah menurut para ulama hadits.

- Bahkan sekiranya ada dalil shahih yang menentukan kapan terjadinya Isra’-Mi’raj maka tidak boleh bagi kaum muslimin mengkhususkannya dengan ibadah-ibadah tertentu yang tidak pernah disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

- Pada malam perayaan tersebut, biasanya, terjadi perkara-perkara yang munkar. Sebagian ulama berkata, "Banyak orang terjerumus ke dalam kemungkaran dengan perayaan yang mereka lakukan pada malam tersebut. Mereka membuat-buat banyak kebid'ahan di dalamnya, seperti berkumpul di masjid dengan menyalakan lilin dan lampu di dalamnya."

Fatwa Syaikh Abdul Aziz bin Bazz

Syaikh Abdul Aziz bin Bazz rahimahullah berkata, "Malam ini, yaitu malam Isra'-Mi'raj, tidak ada hadits shahih yang menentukan pasti (waktunya), apakah di bulan Rajab atau selainnya. Dan setiap riwayat yang menentukan waktu terjadinya malam tersebut adalah lemah menurut para ulama hadits.

Dan tentang hikmah Ilahiyyah dengan tidak diketahuinya waktu dan pada malam keberapa secara pasti telah disebutkan oleh Syaikh sebagai berikut: "Dan dilupakannya manusia akan waktu terjadinya merupakan hikmah besar yang dikehendaki oleh Allah 'Azza wa Jalla. Bahkan sekiranya ada dalil shahih yang menentukan kapan terjadinya Isra’-Mi’raj maka tidak boleh bagi kaum muslimin mengkhususkannya dengan ibadah-ibadah tertentu dan tidak boleh pula merekamerayakannya. Sebabnya, karena Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabatnya radhiyallahu 'anhum tidak pernah merayakannya dan tidak pula mengkhususkan malam tersebut dengan sesuatu kegiatan.

Seandainya perayaan tersebut disyari'atkan tentu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah menjelaskannya kepada ummatnya, baik dengan perkataan ataupun dengan perbuatan. Seandainya hal itu pernah dilakukan pasti sudah diketahui dan dikenal, dan tentu para sahabat akan menukilkan kepada kita karena mereka telah menukil segala sesuatu yang bersumber dari Nabi mereka shallallahu 'alaihi wasallam, segala sesuatu yang dibutuhkan oleh ummat ini. Mereka tidak pernah lalai menyampaikan sesuatu yang berhubungan dengan Ad-Dien, bahkan mereka adalah orang-orang yang bersegera kepada setiap kebaikan. Maka seandainya perayaan peringatan pada malam tersebut disyari'atkan tentu mereka orang yang paling pertama melakukannya. . . " Sampai akhir ucapan beliau.

Hudzaifah radliyallah 'anhu berkata, "Setiap ibadah yang tidak dilakukan oleh para sahabat Rasulullah maka jangan kamu beribadah dengannya."

Said bin Jubair rahimahullah juga telah mengatakan, "Apa yang tidak dikenal oleh ahli Badar bukanlah bagian dari Ad Dien."

Ringkasnya, bahwa bid'ah yang bentuknya mengada-adakan amal baru dalam Islam dan merubah ajarannya, adalah belenggu dan beban yang menghabiskan waktu dan biaya serta membuat capek saja. Tidak ada pahala yang dipanen dan kebaikan yang dipetik. Bahkan termasuk maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya karena mengamalkan ibadah yang tidak diizinkan oleh Allah dan tidak dicontohkan oleh Rasul-Nya. Ini merupakan bentuk menyalahi keduanya. Maka benar sebuah ungkapan, "Kebaikan terletak pada itiiba' (mengikuti) orang-orang terdahulu dan keburukan adalah terletak pada kebid'ahan yang dibuat oleh generasi belakangan."

Semoga Allah melimpahkan kepada kita keikhlasan dalam beribadah kepada-Nya, ittiba' (mengikuti tuntunan) sunnah Nbai-Nya dan meninggal di atasnya. Semoga shalawat dan salam selalu terlimpah kepada Rasul dan Nabi kita Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya. Wallahu a'lam.
Read More..

Cara kerja TV Menuci Otak Manusia di Dunia

Anda mungkin akan terkejut mendapat penjelasan mengenai TV ini yang dipergunakan sebagai sebuah alat untuk mempengaruhi pikiran, akan tetapi di sini disertakan alasan:


1). Hampir setiap orang nonton TV, dan


2). Perangkat utama teknologi yang dipergunakannya dalam bentuk yang lebih maju untuk program kendali pikiran.


Inilah Yang TV Lakukan Terhadap Otak Anda:
TV mempunyai segala sesuatu yang diperlukan untuk memprogram pikiran Anda!
Alam bawah sadar Anda mengira TV adalah nyata!!
Waktu antara 5-6 jam setiap hari merupakan jumlah rata-rata orang nonton TV!
TV secara fisik merusak otak dan mengurangi tingkat kecerdasan Anda!
Oleh karena itu T.V merupakan contoh yang sangat baik sekali bagaimana perangkat ini mempengaruhi pikiran Anda sebagai akibat pengaruh yang ditimbulkannya kepada otak.


Pengaruh TV Terhadap Otak Anda

1. Menyaksikan TV menuntun penontonnya masuk ke dalam sebuah keadaan yang sangat dapat tersugesti untuk tidur, keadaannya seperti terhipnotis. Hal tersebut merupakan jalan mudah yang tersedia untuk masuk ke alam bawah sadar.


2. Ketika Anda menonton TV, aktivitas otak pindah dari otak kiri Anda (yang bertanggungjawab atas pemikiran logis) ke sisi kanan, untuk analisa kritis.


Hal ini penting karena otak sebelah kanan tidak secara kritis menganalisa informasi yang datang, sebaliknya otak kanan merespon secara emosional. Hal ini berarti hanya sedikit atau tidak ada analisa sewaktu datangnya informasi.


3. Aktivitas otak kanan menyebabkan badan mengeluarkan kimia yang membuatnya merasa baik (ini disebut) kelenjar endorphin, sejenis obat penenang alami yang serupa sifatnya dengan heroin.


Oleh karena itu tidak saja memungkinkan, akan tetapi mungkin sekali menjadi ketagihan nonton TV. Hal ini memastikan secara tetap bahwa otak kanan setiap harinya terbuka, sebuah faktor penting yang dibutuhkan untuk memprogram pikiran.


4. Mengurangi banyak aktivitas otak, menyebabkan menurunnya aktivitas di bagian bawah otak. Dengan kata lain hal tersebut menurunkan kecerdasan Anda dan berperilaku lebih menyerupai seekor binatang.


Untuk informasi selengkapnya mengenai otak primitif dan tingkah laku manusia, lihat artikel ini: Welcome To Your 3 Brains. Untuk keterangan lebih lanjut mengenai bagaimana TV merubah gelombang otak, lihat artikel di bawah ini.


Sebuah Alat Yang Sempurna Untuk Memprogram Pikiran

Sebagaimana Anda dapat melihatnya, TV merupakan sebuah alat yang sangat bagus untuk memprogram pikiran. Ia menyediakan segala sesuatunya untuk dengan mudah masuk ke dalam alam bawah sadar, mengurangi kemampuan untuk menganalisa terhadap informasi yang datang serta memastikan secara tetap setiap harinya untuk terbuka melalui badan yang ketagihan. Jadi mengapa tidak direkomendasikannya TV untuk memprogram pikiran Anda?


Alasan utamanya adalah bahwa Anda tidak mempunyai kendali terhadap apa yang datang ke dalam pikiran Anda sendiri, sesuatu itu mungkin saja baik, yang lainnya buruk. Saya juga prihatin apakah segala sesuatu yang kita sadari, apakah semuanya itu memang yang dapat dilihat. Sebagai contoh …


- Apakah sugesti subliminal disembunyikan di dalam iklan? (seperti kata RATS yang digunakan oleh Bush), kampanye terhadap advertensi Al Gore.


- Apakah kata-kata dan ungkapan yang dipergunakan secara khusus dengan cara yang ahli bertujuan untuk mempengaruhi pemikiran Anda? (waspada terhadap teror, jujur dan adil …), seimbang etc …


- Apakah TV menciptakan sejenis perasaan takut di dalam alam bawah sadar, mempengaruhi dan menyembuhkan badan kita? (seperti tetap), membuka jalan kepada kematian dan pembunuhan, seperti di dalam berita-berita.


- Apakah TV membuat rakyat pada umumnya lemah dan tidak cukup/ (seperti dikelilingi gadis cantik, ramping) dan selebriti kaya, yang kemudian mereka membandingkannya sendiri.


Sayang sekali jawaban terhadap permasalahan ini ya, ya, ya dan ya. Sementara terdapat banyak contoh yang dapat dikemukakan, yang penting adalah mengetahui bahwa TV merupakan sebuah alat yang ideal dalam memprogram pikiran manusia.


Namun siapakah yang melakukan pemrograman? Dan apakah mereka menaruh perhatian besar terhadap kepentingan kita?


Otak Mengira Bahwa TV Nyata

Anda akan berpikir bahwa TV tidak membahayakan karena Anda tahu bahwa hal itu tidak nyata, akan tetapi tahukah Anda bahwa alam bawah sadar Anda mempercayainya bahwa hal itu nyata? (oleh karena itu mengapa ketika menonton film horor jantung Anda berdebar-debar dengan cepat)


TV dan Tentara

Setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua Angkatan Bersenjata Amerika Serikat menyadari akan perlunya menciptakan tentara yang siap untuk membunuh. Hal ini mendorong dimulainya menterapkan Effects Of TV On The Brain setelah menerima laporan bahwa banyak anggota tentara akan dengan sengaja menembak ke bawah atau ke tempat lain ketika menembak musuh. Para tentara tidak ingin membunuh, dan ketika mereka melakukannya mereka akan merasa banyak penyesalan yang mendalam.


Untuk memperbaiki hal ini, sebuah metoda yang sudah dipergunakan, salah satunya adalah nonton film kekerasan terutama sekali sebelum pergi ke medan perang. Dimaksudkan pengaruhnya untuk mengurangi perasaan sensitif para prajurit dalam melakukan kekerasan, dengan demikian keberanian mereka untuk membunuh bertambah.


Tengok 50 tahunan ke belakang dan bandingkan dengan perang Iraq dan apa yang Anda lihat? Mereka mengatakan “Hi 5′s” dan bersorak sorai setelah menembak atau membom musuh. Itulah pemrograman untuk Anda!


Sebagian orang sekarang masih merasakan pengaruh negatif dari kekerasan yang ditayangkan TV yang disajikan kepada anak-anak muda, yang seringkali menirukan apa yang mereka lihat di layar TV.


5-6 Jam Pemrograman Setiap Hari

Pada rata-rata orang nonton TV antara 5-6 jam sehari. Dengan jumlah tersebut akan membuat Anda hampir tidak mungkin untuk melakukan program ulang pikiran Anda kembali. (kecuali mengurangi atau sama sekali menghentikan nonton TV)


Gambaran tersebut hanya secara pukul rata, banyak orang (terutama anak-anak nonton TV lebih dari rata-rata orang dewasa).


Dengan nonton TV tersebut anak-anak sebenarnya sedang diprogram pikirannya sejak usia dini, akan tetapi juga mungkin akan merusak otaknya yang akan menyebabkan tumbuh dewasa dengan berakhlak lebih menyerupai seekor binatang daripada manusia (yaitu dorongan yang mendasari hawa nafsunya) terhadap seks, kekerasan dan makanan.


Yakinkan Bahwa Anda Yang Memprogram Otak Anda, Bukan TV Anda!

Jika Anda mau memprogram alam bawah sadar Anda dengan berhasil artinya Anda harus yakin bahwa ANDA yang melakukan pemrograman bukan orang lain!

Siaran televisi mempunyai dampak sangat besar dalam kehidupan manusia. Seringkali apa yang ditayangkan dalam kotak ajaib itu memancing hasrat penonton untuk ikut melakukannya. Simak saja bagaimana siaran televisi mampu membentuk budaya massa di berbagai belahan dunia:


Irlandia
Gara-gara serial Sex and the City, sekarang penduduk di sana lebih menggemari minum vodka ketimbang whiskey.


Brasil
Saat ini terjadi penurunan angka kelahiran di negara pengekspor telenovela ini. Data statistik menunjukkan, angka kelahiran di negara ini turun menjadi 2,3 anak per wanita dari angka sebelumnya, 6,3. Konon, penurunan tersebut terjadi karena kebanyakan cerita telenovela menampilkan sosok keluarga kecil.


Israel
Serial In Treatment yang ditayangkan di HBO menyebabkan tren baru di negara ini: mengikuti sesi terapi.


Amerika Serikat
Penduduk AS yang sering menonton tayangan tentang operasi plastik ditengarai tertarik untuk melakukan hal yang sama.


China
Media lokal di sana menyebutkan, serial Friends membuat orang-orang muda di China meniru gaya hidup para tokoh dalam serial terkenal itu. Salah satunya dengan menempati apartemen berdekatan dengan teman-temannya.


Butan
Pemerintah di negara yang memiliki slogan Gross National Happiness ini melarang siaran MTV dan World Wrestling Entertainment karena alasan meningkatnya tindakan kekerasan di kalangan anak-anak.


Indonesia
Hasil penelitian LIPI menyebutkan, dampak tayangan pornografi di televisi menyebabkan meningkatnya kasus kehamilan tidak dikehendaki di kalangan remaja, kekerasan seksual, bahkan aborsi. Demikian juga dampak tayangan berbau kekerasan. Salah satunya adalah maraknya aksi para bocah polos yang meniru gerakan para pegulat smackdown beberapa waktu lalu.

sumber wahw33d.blogspot.com
Read More..

Senin, 06 Juni 2011

Main Video Game Melemahkan Fisik Anak

Permainan tradisional kini sudah mulai hilang, terutama di kota-kota besar, tergantikan dengan permainan modern dengan penggunaan teknologi canggih. Rupanya fenomena ini menyebabkan anak lemah fisik.

Sebuah penelitian di Inggris mengindikasikan anak-anak yang suka permainan elektronik cenderung lebih “lemah” dan kesulitan melakukan tugas-tugas fisik yang sebenarnya mudah bagi generasi mereka sebelumnya. Permainan tradisional seperti memanjat pohon, lompat tali atau naik tangga sepertinya sangat jarang dilakukan anak masa kini.

Mereka juga jarang melakukan olahraga seperti sit-up, kurang kuat saat bergelantungan di tangga dinding, dan umumnya kurang berotot dibandingkan anak yang dibesarkan pada tahun 1990-an. Padahal, bergerak dapat mendorong anak mengembangkan berbagai aspek pertumbuhan.

Temuan yang diterbitkan dalam jurnal Acta Paediatrica ini telah menyebabkan kekhawatiran baru tentang dampak kesehatan pada anak akibat berkurangnya kegiatan di luar rumah.

“Hal ini mungkin akibat perubahan pola kegiatan anak usia 10 tahun di Inggris, seperti minimnya bermain panjat tali dan naik pohon untuk bergembira,” kata Dr Gavin Sandercock, pemimpin penelitian di Universitas Essex, Inggris, seperti dikutip dari Telegraph.

“Biasanya, kegiatan ini mendorong kekuatan fisik anak-anak, membuat mereka mampu mengangkat dan menahan berat badan mereka sendiri,” lanjutnya.

Dr Sandercock, seorang pakar kebugaran,dan timnya,meneliti seberapa kuat 315 anak di Essex yang berusia 10 tahun pada 2008 dibandingkan dengan 309 anak-anak usia yang sama pada 1998.

Peneliti menemukan bahwa meskipun anakanak tersebut memiliki rasio yang sama untuk tinggi dan berat badan, kebanyakan anak sekarang terlihat lebih lemah. Mereka juga kurang berotot dan tidak dapat melakukan tugas-tugas fisik yang generasi sebelumnya dapat melakukannya dengan mudah.

Secara khusus,jumlah sit-up anak usia 10 tahun bisa turun hingga 27,1 persen antara 1998 dan 2008, kekuatan lengan 26 persen, dan kekuatan pegangan turun 7 persen. Selain itu, dua kali lebih banyak anak (satu di antara 10 orang) tidak bisa menahan beban mereka sendiri ketika bergantung di tangga dinding.

Dr Sandercock mengatakan, beberapa temuan itu memang “benar-benar mengejutkan”. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa anakanak masa kini menjadi tidak bugar, kurang aktif, dan lebih banyak duduk. Selain itu, tingkat obesitas anak-anak sekarang juga lebih tinggi.

Namun, studi baru juga menemukan bahwa anak-anak pada 2008 memiliki indeks massa tubuh (body mass index/BMI) yang sama dengan anak pada dekade sebelumnya. Para penulis ingin para pengambil kebijakan untuk mengurangi ketergantungan pada permainan modern atau elektronik dan memperkenalkan tes kebugaran di semua sekolah.

“Memanjat pohon dan main tali temali harus menjadi permainan standar untuk anak-anak, namun pihak sekolah dan pengambil kebijakan kesehatan dan keamanan anak-anak sepertinya mengabaikan hal itu,” ujar Tam Fry dari Child Growth Foundation.

“Jatuh dari dahan pohon bisa menjadi pelajaran bagi anak agar bisa bangun kembali dan belajar untuk memanjat lebih baik. Sekarang ketakutan anak jatuh menjadi prioritas utama,” tuturnya.

Studi lainnya terkait permainan modern, terutama video games, juga terungkap. Orang yang sering main video games dalam waktu lama cenderung makan lebih banyak.

Sumber www.voa-islam.com
Read More..
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...