Laman

Rabu, 30 November 2011

Satu Lagi Bukti Bahwa Ipar Adalah Maut !!!!!!

Sebuah kisah inspiratif, peringatan bagi orang-orang beriman:

Khalid duduk di ruang kerjanya dengan pikiran yang diliputi kesedihan dan kegalauan. Salah seorang kawannya, memperhatikan kegalauan dan kesedihan itu di wajahnya. Ia berdiri dari mejanya dan mendekati Khalid, lalu berkata padanya:

“Khalid, kita ini berteman layaknya bersaudara sejak sebelum kita sama-sama bekerja. Aku perhatikan sejak seminggu ini selalu termenung, tidak konsentrasi. Engkau kelihatan begitu galau dan bersedih…”

Khalid terdiam sejenak. Kemudian ia berkata:
“Terima kasih atas kepedulianmu, kawan…Aku merasa memang membutuhkan seseorang yang dapat mendengarkan masalah dan kegelisahanku, barangkali itu bisa membantuku untuk mencari jalan keluarnya…”

Khalid memperbaiki duduknya, lalu menuangkan segelas teh kepada kawannya. Kemudian ia berkata lagi:

“Masalahnya, seperti yang engkau tahu aku sejak menikah 8 bulan lalu, aku dan istriku tinggal sendiri di sebuah rumah. Namun masalahnya adikku yang paling kecil, Hamid, yang berusia 20 tahun baru saja menyelesaikan SMA-nya dan diterima di salah satu universitas di sini. Dia akan datang satu atau dua minggu lagi untuk memulai kuliahnya. Ayah dan ibuku memintaku bahkan mendesakku agar Hamid dapat tinggal bersamaku di rumahku daripada ia harus tinggal di asrama mahasiswa bersama teman-temannya. Mereka takut nanti dia terseret mengikuti kawan-kawannya!

Aku menolak hal itu, karena kamu tahu kan bagaimana seorang pemuda yang sedang puber seperti itu. Keberadaannya di rumahku akan menjadi bahaya besar. Kita semua sudah melewati masa remaja seperti itu. Kita tahu betul bagaimana hasrat dan keinginannya. Apalagi aku terkadang keluar dari rumah, mungkin juga aku pergi untuk beberapa hari untuk urusan pekerjaan…

Aku harus pula sampaikan padamu bahwa aku sudah menanyakan kepada salah seorang Syekh terkait masalah ini, dan beliau mengingatkanku untuk tidak mengizinkan siapapun, meski itu saudaraku sendiri untuk tinggal bersamaku dan bersama istriku di rumah. Beliau mengingatkanku tentang sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

“Ipar itu adalah maut.”

Khalid terdiam sejenak. Ia meneguk teh yang ada di depannya. Kemudian ia melanjutkan kembali ucapannya:

“Aku sudah menjelaskan semuanya kepada ayah dan ibuku. Bahkan aku bersumpah bahwa yang aku inginkan adalah kebaikan untuk adikku, Hamid. Namun mereka justru marah kepadaku, mereka menyerangku di depan semua keluarga, menganggapku sudah durhaka, bahkan menyebutku berprasangka buruk kepada adikku, padahal ia menganggap istriku seperti kakaknya sendiri. Mereka mengira aku dengki pada adikku karena aku tidak menghendaki ia melanjutkan pendidikan tingginya…”

“Yang lebih berat dari itu semua adalah karena ayahku telah mengancamku dengan mengatakan bahwa ini akan menjadi citra buruk dan aib besar di tengah keluarga, karena bagaimana adikku bisa tinggal bersama orang lain sementara rumahku ada. Ayahku mengatakan: ‘Demi Allah, jika Hamid tidak tinggal bersamamu, aku dan ibumu akan marah padamu hingga kami mati. Kami tidak pernah mengenalmu sejak hari ini, dan kami akan berlepas diri darimu di dunia sebelum di akhirat…”

Khalid menundukkan kepalanya sejenak, lalu kembali berujar:
“Sekarang aku sungguh bingung tidak tahu berbuat apa. Dari satu sisi, aku ingin menyenangkan hati ayah dan ibuku, tapi di sisi lain aku tidak ingin mengorbankan kebahagiaan keluargaku. Nah, sekarang bagaimana pandanganmu terhadap masalah yang sangat berat ini kawan?”

Kawannya memperbaiki duduknya. Ia kemudian mengatakan:
“Tentu engkau ingin mendengarkan pendapatku sejelas-jelasnya dalam masalah ini, bukan? Karenanya izinkan aku untuk mengatakan kepadamu, wahai Khalid, bahwa engkau benar-benar seorang peragu dan bimbang. Sebab jika tidak begitu, untuk apa semua persoalan dan masalah ini terjadi bersama kedua orang tuamu?

Bukankah engkau tahu bahwa ridha Allah itu bergantung pada ridha kedua orang tua, begitu pula kemurkaan-Nya bergantung pada kemurkaan mereka berdua? Lagi pula jika adikmu tinggal serumah denganmu, ia akan membantumu menyelesaikan urusan rumah. Dan ketika engkau tidak ada di rumah untuk suatu urusan, ia akan menjaga rumahmu selama engkau pergi.

Kawannya sengaja diam sebentar. Ia ingin melihat bagaimana reaksi Khalid terhadap apa yang diucapkannya. Kemudian ia melanjutkan dengan mengatakan:
“Lagi pula aku ingin bertanya padamu: mengapa engkau berburuk sangka pada adikmu sendiri? Apa kamu lupa Allah melarang kita berburuk sangka kepada orang lain? Coba katakan padaku: bukankah engkau percaya dengan istrimu? Bukankah engkau percaya kepada adikmu?”

Entah bagaimana ceritanya hingga Khalid akhirnya bisa menerima penjelasan kawannya itu. Di hadapannya, ia tidak punya pilihan selain menerima adiknya, Hamid untuk tinggal bersamanya di rumahnya.

Beberapa hari kemudian, Hamid pun tiba. Khalid menjemputnya di bandara. Mereka kemudian meluncur menuju rumah Khalid di mana Hamid akan menempati bagian depannya. Dan seperti itulah yang terjadi selanjutnya…

Hari demi hari terus berganti. Ia bergulit mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah. Dan kini kita telah berada di empat tahun setelah perisitiwa itu…

Kini Khalid telah genap berusia 30 tahun. Ia telah menjadi ayah bagi tiga orang anak. Sementara Hamid kini telah memasuki tahun terakhir perkuliahannya. Ia sudah hampir menyelesaikan kuliahnya di universitas. Kakaknya, Khalid telah berjanji untuk mengupayakan pekerjaan yang layak untuk adiknya di universitas itu, dan membolehkannya tetap tinggal di rumah itu hingga ia menikah dan pindah dengan istrinya ke rumah tersendiri.

Pada suatu malam sepulang dari tempat kerjanya Khalid melihat dua sosok hitam di pinggir jalan. Rasa ingin tahunya mendorongnya untuk mendekat lebih dekat lagi dan bertanya mengapa mereka berdiri di pinggir jalan seperti itu. Ketika ia mendekat, ternyata seorang ibu tua dengan seorang gadis yang terbaring di tanah menangis kesakitan. Sementara sang ibu tua itu terus berteriak meminta tolong:

Ibu tua itupun menceritakan awal mula mereka terdampar di kota itu. Air mata ibu tua dan erangan kesakitan gadis itu membuatnya terenyuh. Ia benar-benar merasa kasihan. Dan karena sifatnya yang mudah tersentuh, ia pun setuju untuk membawa mereka ke rumah sakit terdekat.

Tidak lama kemudian, mereka pun sampai ke rumah sakit. Setelah menyelesaikan urusan administrasinya, gadis itu kemudian dimasukkan ke dalam ruang operasi untuk menjalani operasi cesar, karena ia tidak mungkin melahirkan secara normal.

Karena ingin berbuat baik, Khalid merasa kurang enak jika segera pergi dan meninggalkan ibu tua itu bersama putrinya di sana sebelum ia merasa yakin betul akan keberhasilan operasi itu dan bayi yang dikandungnya keluar dengan selamat.

Khalid pun duduk di ruang menunggu khusus pria. Ia menyandarkan punggungnya ke tembok, dan kelihatannya ia sangat mengantuk. Ia pun tertidur tanpa ia sadari. Khalid tidak pernah tahu berapa lama waktu berjalan selama ia tertidur. Namun yang ia ingat betul adalah pemandangan yang tidak akan pernah ia lupakan untuk selamanya…Ketika ia tiba-tiba terbangun oleh suara dokter jaga dan dua petugas keamanan yang mendekatinya, sementara si ibu tua tadi berteriak-teriak sambil menunjuk ke arahnya: “Itu dia! Itu dia!!”

Khalid sangat terkejut dengan kejadian itu. Ia berdiri dari tempat duduknya dan segera mendatangi ibu tua itu, lalu berkata: “Apakah proses kelahirannya berhasil, Bu?”

Dan sebelum ibu tua itu mengucapkan sesuatu, seorang petuga keamanan mendekatinya dan bertanya: “Anda Khalid?”

“Iya, benar,” jawabnya.
“Kami ingin Anda datang sekarang juga ke ruang kepala keamanan!” ujar petugas itu.

Semuanya akhirnya masuk ke ruang kepala keamanan dan mengunci pintunya. Ketika itulah, ibu tua itu kembali berteriak dan memukul-mukul badannya sendiri. Ia mengatakan: “Inilah penjahat keji itu!! Aku harap kalian tidak melepaskan dan membiarkannya pergi! Duhai malangnya nasibmu, wahai putriku!”

Khalid hanya bisa terkejut penuh kebingungan, tidak memahami apa yang sedang terjadi di sekitarnya. Ia tidak sadar dari kebingungannya kecuali setelah polisi itu mengatakan:

“Ibu tua ini mengaku bahwa engkau telah berzina dengan putrinya. Engkau telah memperkosanya hingga hamil. Lalu ketika ia mengancammu untuk melaporkan ini pada polisi, engkau berjanji akan menikahinya. Namun setelah melahirkan, kalian akan meletakkan anak bayi itu di pintu salah satu mesjid agar ada orang baik yang mau mengambilnya untuk membawanya ke panti sosial!”

Khalid benar-benar terkejut mendengarkan ucapan itu. Dunia menjadi gelap di matanya. Ia tidak lagi bisa melihat apa yang ada di depannya. Kalimat-kalimatnya tertahan di kerongkongannya. Hingga tiba-tiba saja ia terjatuh, tidak sadarkan diri.

Tidak lama kemudian, Khalid tersadar dari pingsannya. Ia melihat dua orang petugas keamanan bersama di dalam ruangan itu. Seorang polisi khusus yang ada di situ segera mengajukan pertanyaan untuknya:

“Khalid, coba sampaikan yang sebenarnya. Karena kalau kami melihat sosokmu, nampaknya engkau adalah seorang yang terhormat. Penampilanmu menunjukkan bahwa engkau bukanlah pelaku yang melakukan kejahatan seperti ini.”

Dengan hati yang sangat hancur, Khalid mengatakan:
“Tuan-tuan, apakah seperti balasan untuk sebuah kebaikan? Apakah seperti ini kebaikan itu dibalas? Aku adalah seorang pria terhormat dan baik-baik. Aku sudah menikah dan punya tiga orang anak: Sami, Su’ud dan Hanadi. Dan aku tinggal di lingkungan baik-baik…”

Khalid tidak bisa menguasai dirinya. Air matanya mengalir deras dari kedua pelupuk matanya. Kemudian ketika ia mulai tenang, ia pun menceritakan kisahnya dengan ibu tua dan putrinya itu secara lengkap.

Dan ketika Khalid selesai menyampaikan informasinya, polisi itu berkata padanya:

“Tenanglah! Aku percaya bahwa engkau tidak bersalah. Tapi persoalannya adalah semuanya harus berjalan sesuai prosedur. Harus ada bukti yang menunjukkan ketidakbersalahanmu dalam masalah ini. Perkaranya sangat mudah dalam kasus ini. Kami hanya akan melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium medis khusus yang akan menyingkap hakikat sebenarnya.”

Keesokan paginya, selesailah pengambilan sampel sperma milik Khalid untuk kemudian dibawa ke laboratorium untuk diperiksa dan diteliti. Khalid duduk bersama polisi khusus di sebuah ruangan lain. Ia tak putus-putusnya berdoa dan meminta kepada Allah agar menunjukkan apa yang sebenarnya telah terjadi!

Kurang lebih dua jam kemudian, datanglah hasil pemeriksaan tersebut. Hasilnya sungguh mengejutkan. Pemeriksaan itu menunjukkan bahwa Khalid sama sekali tidak bersalah dalam masalah ini. Itu sepenuhnya adalah tuduhan dusta.

Kemudian si ibu tua dan putrinya itupun ditangkap dan dibawa ke kantor polisi untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Sebelum meninggalkan rumah sakit, Khalid berusaha untuk berpamitan kepada dokter spesialis yang telah melakukan pemeriksaan tersebut, karena telah menjadi sebab kebebasannya dari tuduhan keji itu. Ia pun pergi menemui sang dokter di ruangannya untuk berpamitan dan berterima kasih. Namun dokter itu justru memberikan kabar kejutan padanya:

Dokter itu nampak agak gugup, lalu seperti berusaha mengumpulkan keberaniannya ia berkata:

“Khalid, sebenarnya dari hasil pemeriksaan yang telah saya lakukan, saya khawatir Anda mengidap sebuah penyakit! Tapi saya belum bisa memastikannya. Karena itu saya harap Anda berkenan untuk melakukan beberapa pemeriksaan lagi untuk istri dan anak-anak Anda agar saya bisa memastikannya dengan yakin…”

“Sebenarnya saya tidak bisa mengabari Anda sekarang sampai saya benar-benar yakin dengan hal itu. Boleh jadi keraguanku tidak pada tempatnya. Tapi segeralah bawa ketiga anakmu ke sini untuk pemeriksaan.”

Beberapa jam kemudian, Khalid pun membawa istri dan anak-anaknya ke rumah sakit itu. Selanjutnya mereka diperiksa dan diambil sampel-sampelnya yang dibutuhkan untuk pemeriksaan laboratorium.

Kemudian setelah selesai, ia kembali melanjutkan pembicaraannya dengan dokter yang mendahuluinya dengan pertanyaan: “Siapa orang yang padanya kau sampaikan untuk tidak membuka pintu apartemen rumahmu?”

“Ia adikku, Hamid. Ia tinggal bersama kami dalam satu apartemen.” jawab Khalid.

“Sejak kapan ia tinggal bersama kalian?” tanya dokter heran.
“Sejak empat tahun yang lalu,” jawab Khalid. “Saat ini, ia sedang menyelesaikan tahun terakhirnya di universitas.”

“Bisakah engkau menghadirkannya pula besok untuk juga diperiksa? Kami ingin memastikan apakah penyakit ini keturunan atau bukan?” tanya dokter.
“Dengan senang hati, besok kami akan hadir ke sini bersama,” jawab Khalid.

Pada waktu yang telah ditentukan, Khalid dan Hamid, adiknya, hadir di rumah sakit. Dan akhirnya selesai pula pemeriksaan laboratorium terhadap sang adik. Dokter kemudian meminta Khalid untuk menemuinya satu pekan dari sekarang untuk mengetahui hasil akhirnya…

Kini tibalah waktunya hasil pemeriksaan itu selesai, dalam kegelisahannya khalid berkata :
“Tolong, Dokter, Anda jangan membakar tubuhku lebih lama lagi. Aku sudah siap untuk menanggung penyakit apapun yang menimpaku. Ini telah menjadi takdir Allah untukku. Apa yang sebenarnya telah terjadi, Dokter?”

Dokter itu menganggukkan kepalanya lau berkata:
“Seringkali, hakikat yang sebenarnya itu begitu menyakitkan, keras dan pahit! Tapi harus diketahui dan dihadapi! Sebab lari dari masalah tidak akan menyelesaikannya dan tidak akan mengubah keadaan.

Dokter itu terdiam sebentar. Lalu ia pun menyampaikan yang sebenarnya:
“Khalid, mohon maaf, sebenarnya Anda itu mandul dan tidak bisa punya anak…, Ketiga anak itu bukan anak Anda. Mereka adalah anak adik Anda, Hamid.”

Khalid tidak mampu mendengarkan kenyataan pahit itu. Ia berteriak histeris hingga teriakannya memenuhi penjuru rumah sakit. Lalu ia jatuh tak sadarkan diri.

Dua minggu kemudian, barulah ia sadar dari ketidaksadarannya yang panjang. Namun ketika ia sadar, ia telah menemukan hidupnya hancur berkeping-keping.

Khalid mengalami stroke di setengah bagian tubuhnya. Kewarasannya hilang akibat berita yang menyakitkan itu. Ia akhirnya dipindahkan ke rumah sakit jiwa untuk melewati hari-harinya yang tersisa.

Adapun istrinya, maka ia telah diserahkan kepada Mahkamah Syariat untuk membenarkan pengakuannya lalu dihukum dengan HUKUM RAJAM SAMPAI MATI.

Sedangkan adiknya, Hamid, ia sekarang berada di dalam penjara menunggu keputusan hukum yang sesuai dengan kejahatannya.

Sedangkan ketiga anak itu, mereka dipindahkan ke panti sosial untuk akhirnya hidup bersama anak-anak yatim dan mereka yang dipungut dari jalanan.

Begitulah, sunnatullah berlaku: “Ipar itu adalah maut.”
‘Dan sekali kali engkau tak akan menemukan perubahan pada ketentuan Allah.”

Setelah ini, anda tak perlu mendengarkan pendapat teman anda lagi dalam masalah ini. Dari sekarang gunakan mata hati anda, perhatikan baik baik posisi posisi strategis syetan itu, bukan sekedar pelajaran yang harus pembaca situslakalaka waspadai tapi memang sudah seharusnya ANDA CURIGAI dan segera anda ambil tindakan.

Bukan sekedar adu argumentasi atau pendapat lain lagi, tetapi segera........PISAHKAN. Selamatkan bahtera anda sekarang juga, Percayalah....Kami sudah sangat sering menerima pengaduan tentang kasus ini, sudah berkali kali menemui bukti bukti sunnatullah yang menguatkan bahwa sejatinya ........IPAR adalah MAUT dirumah anda.

Sumber situslakalaka.blogspot.com
Read More..

Rabu, 23 November 2011

Betul Betul Kebangetan Orang Yang Masih Memilikinya Tapi Tak Bisa Mengantarkannya Ke Syurga

Salah seorang sahabat ra pernah datang kepada Rosulullah saw dan berkata,”Wahai Nabi, sungguh ibuku telah pikun lantaran tua. Akulah yang beri makan minum dengan tanganku. Aku pun mewudhuinya, mengangkatnya di atas bahuku. Sudahkah aku bayar semua jasa-jasanya untuk yang demikian itu?” “Belum,”jawab Rasulullah,”Sedikit pun belum. Bahkan satu persen sekali pun. Namun engkau telah berlaku baik. Allah akan memberimu pahala yang banyak atas amalmu yang sedikit itu.”
Read More..

Selasa, 22 November 2011

Bapak Tua Penjual Amplop Itu.......(True Story)

Setiap menuju ke Masjid Salman ITB untuk shalat Jumat, saya selalu melihat seorang bapak tua yang duduk terpekur di depan dagangannya. Dia menjual kertas amplop yang sudah dibungkus di dalam plastik. Sepintas barang jualannya itu terasa “aneh” di antara pedagang lain yang memenuhi pasar kaget di seputaran Jalan Ganesha setiap hari Jumat.

Read More..

Senin, 21 November 2011

Subhanallah, Pasangan Tuna Netra Pencipta Al Quran Braille

Keterbatasan penglihatan tak membuat pasangan Hanik Indrawati, 34 tahun, dan Suharto, 40 tahun, berhenti berkarya. Bahkan pasangan yang menikah empat tahun lalu itu, kini menjadi satu-satunya di Jawa Timur atau bahkan di Indonesia sebagai pasangan tuna netra pembuat Alquran dengan huruf braille.

Ketika Tempo mengunjungi rumahnya di kawasan Simo Pomahan Baru XII/15, Hanik yang ditemani suaminya sedang menyelesaikan pembuatan Alquran. Tanpa melihat, dengan cekatan jemari Hanik memencet-mencet sebuah mesin ketik kusus huruf braille kuno merek Parking Broiller bikinan Amerika tahun 1970.

Berbeda dengan mesin ketik kebanyakan, mesin ketik ini hanya memiliki tujuh tombol masing-masing tiga di kiri dan kanan dan satu tombol yang berukuran lebih besar di tengah berfungsi sebagai spasi. Mesin ketik ini juga tidak mengeluarkan huruf-huruf latin seperti mesin ketik kebanyakan melainkan hanya mengeluarkan titik demi titik khas huruf braille.

Tapi jangan salah, meski huruf braille yang diketik, tapi apa yang dilakukan Hanik siang itu bukanlah mengetik huruf latin melainkan mengetik huruf Arab versi braille. Huruf Arab versi braille ini misalnya kalimat Allah maka tulisannya berupa titik timbul : 1,123,6,123,4,15.

Untuk memastikan hasil ketikannya tidak salah, adalah tugas sang suami (Suharto) melakukan koreksi. Dengan sebuah alat bernama reglet atau alat untuk membuat titik timbul di kertas kembali lurus, Suharto dengan tekun memeriksa satu per satu hasil ketikan istrinya. “Nulis huruf Arab itu sulit mas. Soalnya selain huruf juga ada harokat jadi lebih rumit dan banyak titik,” kata Suharto

Pasangan yang menikah pada 29 Agustus 2004 itu mengaku menekuni pembuatan Alquran braille sejak dua tahun lalu. Menurut Hanik, dirinya sebenarnya sudah lama bisa mengetik huruf Arab. Hanya saja baru sekitar dua tahun lalu, dirinya diberkan kesempatan untuk membuat Alquran setelah mendapatkan pinjaman mesin ketik dari Yayasan Pendidikan Tunanetra Islam Karunia Surabaya (Yaptunik).

Yaptunik yang beralamatkan di Jalan Darmo Kali Gang Tugu surabaya itu merupakan yayasan tempat dulunya pasangan Hanik-Suharto bersekolah. Di sekolah inipula, kedua pasangan ini berkenalan untuk kemudian menikah.

Karena mesin ketik pinjaman dari yayasan, Hanik sendiri menjual Alquran ciptaannya melalui yayasan tersebut. “Saya hanya bisa mengetik, kalau untuk menjual saya tidak punya toko,” kata Hanik.

Tiap satu lembar Alquran ciptaannya, Yayasan membelinya Rp 400, atau Rp 20 ribu untuk tiap jus hasil ketikan Hanik. Selain membuat Alquran, khusus Ramadhan ini, Hanik mendapatkan pesanan surat-surat pendek, yasin, kumpulan doa serta tajwid yang harganya Rp 40 ribu per buku. “Saat puasa ini banyak pesanan, hampir sepanjang hari saya harus ngetik,” kata Hanik. Pangkalan Berita Unik

Sumber:vivanews.com
Read More..

Kamis, 17 November 2011

Inilah Alasan Rosulullah Melarang Ummatnya Minum Sambil Berdiri

Dalam hadist disebutkan “janganlah kamu minum sambil berdiri”. Dari segi kesehatan. Air yang masuk dengan cara duduk akan disaring oleh sfinger. Sfinger adalah suatu struktur muskuler (berotot) yang bisa membuka (sehingga air kemih bisa lewat) dan menutup.

Setiap air yang kita minum akan disalurkan pada ‘pos-pos’ penyaringan yang berada di ginjal. Jika kita minum sambil berdiri. Air yang kita minum otomatis masuk tanpa disaring lagi. Langsung menuju kandung kemih. Ketika menuju kandung kemih itu terjadi pengendapan di saluran sepanjang perjalanan (ureter). Karena banyak limbah-limbah yang menyisa di ureter inilah awal mula munculnya bencana.

Betul, penyakit kristal ginjal. Salah satu penyakit ginjal yang sungguh berbahaya. diduga diakibatkan karena Susah kencing, jelas hal ini berhubungan dengan saluran yang sedikit demi sedikit tersumbat tadi.

Dari Anas r.a. dari Nabi saw.: "Bahwa ia melarang seseorang untuk minum sambil berdiri". Qatadah berkata, "Kemudian kami bertanya kepada Anas tentang makan. Ia menjawab bahwa hal itu lebih buruk."

Pada saat duduk, apa yang diminum atau dimakan oleh seseorang akan berjalan pada dinding usus dengan perlahan dan lambat. Adapun minum sambil berdiri, maka ia akan menyebabkan jatuhnya cairan dengan keras ke dasar usus, menabraknya dengan keras, jika hal ini terjadi berulang-ulang dalam waktu lama maka akan menyebabkan melar dan jatuhnya usus, yang kemudian menyebabkan disfungsi pencernaan.

Adapun rasulullah saw pernah sekali minum sambil berdiri, maka itu dikarenakan ada sesuatu yang menghalangi beliau untuk duduk, seperti penuh sesaknya manusia pada tempat-tempat suci, bukan merupakan kebiasaan. Ingat azas darurat!

Manusia pada saat berdiri, ia dalam keadaan tegang, organ keseimbangan dalam pusat saraf sedang bekerja keras, supaya mampu mempertahankan semua otot pada tubuhnya, sehingga bisa berdiri stabil dan dengan sempurna. Ini merupakan kerja yang sangat teliti yang melibatkan semua susunan syaraf dan otot secara bersamaan, yang menjadikan manusia tidak bisa mencapai ketenangan yang merupakan syarat terpenting pada saat makan dan minum.

Ketenangan ini hanya bisa dihasilkan pada saat duduk, di mana syaraf berada dalam keadaan tenang dan tidak tegang, sehingga sistem pencernaan dalam keadaan siap untuk menerima makanan dan minum dengan cara cepat.

Makanan dan minuman yang disantap pada saat berdiri, bisa berdampak pada refleksi saraf yang dilakukan oleh reaksi saraf kelana (saraf otak kesepuluh) yang banyak tersebar pada lapisan endotel yang mengelilingi usus. Refleksi ini apabila terjadi secara keras dan tiba-tiba, bisa menyebabkan tidak berfungsinya saraf (vagal inhibition) yang parah, untuk menghantarkan detak mematikan bagi jantung, sehingga menyebabkan pingsan atau mati mendadak.

Begitu pula makan dan minum berdiri secara terus-menerus terbilang membahayakan dinding usus dan memungkinkan terjadinya luka pada lambung. Para dokter melihat bahwa luka pada lambung 95% terjadi pada tempat-tempat yang biasa berbenturan dengan makanan atau minuman yang masuk.

Sebagaimana kondisi keseimbangan pada saat berdiri disertai pengerutan otot pada tenggorokkan yang menghalangi jalannya makanan ke usus secara mudah, dan terkadang menyebabkan rasa sakit yang sangat yang mengganggu fungsi pencernaan, dan seseorang bisa kehilangan rasa nyaman saat makan dan minum.

Diriwayatkan ketika Rasulullah s.a.w. dirumah Aisyah r.a. sedang makan daging yang dikeringkan diatas talam sambil duduk bertekuk lutut, tiba-tiba masuk seorang perempuan yang keji mulut melihat Rasulullah s.a.w. duduk sedemikian itu lalu berkata: "Lihatlah orang itu duduk seperti budak." Maka dijawab oleh Rasulullah s.a.w.: "Saya seorang hamba, maka duduk seperti duduk budak dan makan seperti makan budak." Lalu Rasulullah s.a.w. mempersilakan wanita itu untuk makan. Adapun duduk bertelekan (bersandar kepada sesuatu) telah dilarang oleh Rasulullah sebagaimana sabdanya, "Sesungguhnya Aku tidak makan secara bertelekan" (HR Bukhar).

Sumber : situslakalaka.blogspot.com
Read More..

Inilah Suara Asli Bung Tomo Saat Menggelorakan Semangat 'MERDEKA Atau MATI'

Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, rakyat dan para pejuang Indonesia berupaya melucuti senjata para tentara Jepang, sebelum mereka dilucuti tentara Sekutu.

Ketika gerakan melucuti pasukan Jepang sedang berkobar, tanggal 15 September 1945, tentara Inggris mendarat di Jakarta, kemudian mendarat di Surabaya pada 25 Oktober.

Read More..

Senin, 14 November 2011

Yakinlah Selalu Akan Doamu, Anak muda

Suatu hari, sebuah kisah mulia terjadi dan bermula dari suatu tempat yang sangat sederhana, Pangkalan becak. Seorang bapak tua tengah membersihkan keringatnya setelah seharian bekerja. Beliau adalah seorang tua yang berusia sekitar 75 tahun dan sudah lebih dari 35 tahun mencari nafkah dengan menarik becak. Sosoknya sangat sederhana dan murah senyum. Dikalangan teman- temannya, si bapak tua adalah seorang yang sangat disegani, karena kejujurannya.

ketika sore menjelang, ada seorang anak muda menaiki becaknya. Si anak muda adalah seorang yang kaya, terpelajar dan modern. Dia berniat datang ke kota tersebut untuk berekreasi dan melepas penatnya setelah lama bekerja di kota. Berjam- jam mereka berkeliling kota, sampai akhirnya adzan magrib pun berkumandang. Seketika, si bapak tua itu menghentikan becaknya di depan sebuah masjid, dan meminta ijin untuk sholat.

Setelah beberapa lama, mereka kemudian melanjutkan kembali acara jalan- jalan tadi. Dan, sampailah mereka pada sebuah warung kopi dipinggir jalan.

"Nak, apa bapak boleh minta ijin sebentar untuk buka puasa?"

" Bapak puasa? " Jawab anak muda tersebut dengan sedikit terkejut.

" Iya. sebentar saja, bapak ingin beli air dulu"

" Saya ikut sekalian pak. Kita minum kopi bareng. Saya yang traktir" Kata si anak muda dengan semangat.

Mereka berduapun akhirnya melepas lelah sambil ngobrol dan bersantai di warung tersebut.

" Kenapa bapak puasa tapi masih mengayuh becak?. Apa ndak capek?" Si anak muda memulai pembicaraan.

" Bapak sudah terbiasa insyaallah. Ndak apa- apa nak" Jawab pak tua singkat.

Waktupun terus berlalu. Banyak hal mereka bicarakan bersama malam itu. Dan melihat hari semakin malam, anak muda tersebut berniat pamit pulang. Dia mengucapkan terimakasih seraya memberikan uang sebagai ongkos naik becak. Tapi di luar dugaan, bapak tukang becak itu menolaknya.

" Ini kan ongkos buat bapak tadi setelah seharian mengantar saya." Kata anak muda itu kali ini dengan masih sangat heran

" Ndak nak, trimakasih" jawab bapak tua

" Maap apa masih kurang? Ok. Ini buat bapak semua" Tanyanya lagi sambil memberikan uang 2 ratus ribu.

"Maaf nak bukan begitu. Sebenarnya..."

" Kenapa pak? " Diapun buru- buru memotong perkataan itu.

" Maaf nak, bukan bapak tidak mau menerima. Tapi hari ini hari kamis nak, bapak tidak mau menerima uang dari siapapun yang naik becak bapak. "

" Kok bisa begitu pak?" Tanya si anak muda dengan lebih penasaran. "

"Bapak inikan orang miskin dan bodoh, tapi... sebenarnya bapak ingin naik haji. Semua orang memang mentertawakan bapak, mereka bilang bapak suka berkhayal. Lah wong, buat makan sehari hari saja tidak cukup apalagi naik haji. Akhirnya bapak cuma bisa minta sama Allah, karena bapak yakin Allah satu- satunya yang tidak akan mentertawakan bapak."

"Lalu..." si anak muda tidak dapat menghentikan rasa penasarannya.

"Kalau hari senin dan kamis bapak tidak akan meminta bayaran sedikitpun kalau ada orang yang naik becak. Bapak berniat sedekah dengan tenaga bapak itu. Bapak berharap suatu hari Allah melihat kesungguhan usaha ini dan akan mengabulkan doa bapak."

" Apa bapak yakin? "

" Kalau kita berharap pada makhluk, kita harus siap- siap untuk setiap saat kecewa, tapi kalau kita berharap hanya pada Allah, Dia adalah satu- satunya yang tidak pernah mengkhianati kita, nak. Kita harus Yakin dengan apa yang kita doakan dan cita- citakan, Insyaallah Allah tidak akan mengkhianati kita. "

Sejenak si anak muda tersebut terdiam. Benar- benar kali dia kehilangan walaupun hanya satu huruf saja untuk di ucapkan. Tak terasa, kopi yang disuguhkan dihadapannya telah dingin. Dan dia masih belum bisa mengatakan apapun. Setelah beberapa saat dia pamit pulang meninggalkan pasar yang ramai dengan hiruk pikuknya.

Setelah sampai di rumah, pikirannya kemudian di penuhi dengan seribu satu hal. Kata- kata bapak tukang becak itu begitu lugu dan natural namun sangat dalam baginya. Entah mengapa, seketika perasaan malu menyeruak melingkupi batinnya. Teringat padanya, bahwa dia selama ini yang selalu dalam gelimang harta dan kekayaan, namun sangat susah baginya untuk sekedar meluangkan waktu untuk mengingat tuhannya. Kesadarannya tiba- tiba muncul dan berkata bahwa ternyata selama ini, harta yang dia miliki hanyalah sekedar ujian baginya, dan sayangnya dia tidak berhasil dalam ujian itu, karena terbukti harta telah membuatnya jauh dari Allah sang maha Rahman.

Masih terngiang di kepalanya, ucapan bapak tukang becak tersebut. Herannya, dia bukanlah seorang profesor atau manusia yang mempunyai gelar terhormat, namun baru kali inilah, seorang yang lugu, sederhana, namun sangat sholeh, telah berhasil menyentuh hatinya.

Beberapa hari kemudian...

Si anak muda akhirnya telah kembali ke kota tersebut, dan kali ini dia berada di tengah- tengah pangkalan becak itu. Telah bulat tekadnya untuk menemui tukang becak tua yang dia jumpai beberapa hari lalu, untuk membicarakan sesuatu. Setelah beberapa jam mencari dan menunggu, maka bertemulah mereka berdua, masih di tempat warung kopi yang sama seperti dulu.

" Apakah bapak mau menemani saya?" tanya anak muda tersebut sambil tersenyum.

" Kemana nak?"

" Saya ingin mengajak bapak berhaji tahun ini"

Sumber www.voa-islam.com
Read More..

Rabu, 02 November 2011

Haji Revolusioner Dibutuhkan Umat

Dalam konteks sekarang, jiwa yang revolusiner itu idealnya tak mesti bergeser. Dalam studinya, orientalis Belanda Snouck Hurgronje memandang individu-individu yang dihasilkan dari haji, kelak bakal menjadi ancaman dan bencana besar bagi keberlangsungan imperialisme Belanda atas Indonesia. Kekhawatiran itu terasa, karena haji dianggap dapat membentuk jiwa yang revolusiner.

Sir ThomasStandford Raffles, dalam bukunya yang terkenal, History of Java, menulis: “Setiap orang Arab dari Makkah, begitu pula orang Jawa, yang kembali menunaikan ibadah haji di sana, diterima sebagai orang suci di Jawa, dan sikap cepat percaya dari kalangan orang awam sudah sedemikian rupa sehingga mereka sangat sering menghubungkan berbagai kekuatan dialami kepada pribadi-pribadi yang demikian. Sehingga tidak sulit bagi mereka membangkitkan negeri untuk memberontak.

Selanjutnya, Raffles menambahkan, “Para ulama Muhammedan hampir tanpa terkecuali ditemukan paling aktif dalam pemberontakan. Banyak dari mereka, umumnya keturunan campuran Arab dan orang pribumi, pindah dari satu negeri ke negeri lain di pulau-pulai bagian timur dan umumnya karena intrik-intrik dan desakan merekalah para pemimpin pribumi tersebut untuk menyerang atau membunuh orang-orang Eropa, sebagai orang kafir dan pengacau.”

Catatan Raffles itu menunjukkan betapa ia amat takut dengan orang yang bertitel haji, yakni orang yang telah digembleng di Makkah, memiliki kharisma, memiliki inspirasi (akibat interaksi dengan berbagai bangsa Muslim) untuk memberontak. Dalam perspektif Raffles yang kolonialis, orang-orang seperti itu harus diwaspadai, sebab mereka potensial menyebarkan benih-benih pemberontakan melawan kolonialisme. Catatan Raffles ini dibuat tatkala Inggris mempunyai kekuasaan penuh atas HIndia Timur 1811-1816.

Ketakutan Raffles menyebabkan ia menyetujui kebijakan politik yang melarang putra-putra Bupati yang sudah menunaikan ibadah haji di Mekkah, untuk menduduki jabatan administratif. Disini tampak, Raffles paham bahwa pengaruh internasionalisme haji, mampu merobohkan rencana-rencana kolonialisme Barat, yang saat itu tengah tumbuh dan menguasai di hampir seluruh dunia Timur.

Setelah menyelesaikan tugasnya di Jawa dan pindah ke Sumatera Barat, Raffles segera memihak golongan adat dalam konflik antara mereka dengan para ulama – yang disebutnya sebagai kaum padri, sebutan ulama yang kerap mengenakan jubah putih panjang dalam kesehariannya.

Bukan hanya Raffles yang menganggap haji sebagai bentuk revolusioner, melainkan juga Snouk Hurgonje yang ahli dalam mengamati perilaku orang Islam, terutama haji. Bahkan ia pernah menyatakan “masuk Islam” dan berhaji, kendati Snouck punya maksud-maksud tersembunyi dibalik perhatiannya terhadap Islam.

Snouck Hurgronje mengakui, ibadah haji dapat membangkitkan sikap kritis dan revolusiner terhadap penjajah. Itu karena jamaah haji telah berinteraksi dengan bangsa-bangsa Muslim lain yang saat itu nyaris semua jajahan Barat. Dari hasil interaksi itu, mereka mendengar adanya gerakan Pan Islamisme, sebuah gerakan yang bertujuan untuk menuju kemerdekaan Negara-negara Muslim, terbebaskan dari belenggu kolonialisme Barat. Gerakan yang bersifat internasional inilah yang paling ditakuti Raffles, orientalis Hurgronje dan penguasa Barat lainnya.

Hasil dari Mukim

Sejarah mencatat, tak sedikit orang Indonesia yang telah tinggal bertahun-tahun untuk menetap (mukim) di tanah suci Makah. Diantara semua bangsa yang berada di Makkah, orang “Jawah” (Asia Tenggara) merupakan salah satu kelompok terbesar dari jamaah haji. Selain karena syariat bagi yang mampu, perjalanan haji menjadi kawah candradimuka para raja Jawa dan ulama Nusantara untuk untuk mencari ilmu dan legitimasi politik. Bahkan sejak tahun 1860, bahasa Melayu merupakan bahasa kedua di Makkah setelah bahasa Arab.

Tak sedikit dari mereka yang memperdalam ilmu-ilmu Islam, baik fiqih, tasawuf, tarekat, metafisika hingga “ilmu ghaib” di Makkah maupun Madinah. Termasuk faham wahdat al-wujud. Walaupun Islam di Indonesia pada abad ke-17 diwarnai oleh pengaruh India, namun kedua kota suci itu (Makkah dan Madinah) tetap berpengaruh bagi mereka. Sebut saja Syeikh Yusuf Makassar yang ke Tanah Suci pada tahun 1644 dan baru kembali ke Indonesia sekitar tahun 1670.

Ketika kompeni Belanda campur tangan dalam urusan internal Banten dan membantu putra Sultan Ageng (Sultan Haji) untuk menyingkirkan ayahnya, lalu Yusuf Makassar membawa pengikutnya ke gunung dan memimpin perang gerilya melawan Belanda selama dua tahun, sampai ia ditangkap dan dibuang ke Selon (Sri Langka).

Ulama lain yang juga lama menetap dan memperdalam ilmu-ilmu agama (Islam) di Makkah dan Madinah adalah ‘Abd al Rauf Singkel, yang kemudian mencapai kedudukan tinggi di Aceh. Seperti diketahui, ‘Abd al Rauf Singkel dikenal sebagai pembawa tarekat Syattariyah ke Indonesia. Beliau pula yang menerjemahkan dan menyunting tafsir Jalalain dalam bahasa Melayu.

Pada masanya, Ibrahim al-Kurani (Guru Yusuf Makassar) adalah ulama besar di Madinah, dan murid-muridnya datang dari seluruh dunia. Melalui muridnya, ia mempengaruhi gerakan reformis pada abad ke-18 di berbagai Negara. Pada tahun 1722, ‘Abd al Samad al Falimbani, seorang ulama kelahiran Pelembang yang menetap di Makkah menulis surat kepada Sultan Hamengkubuwono I dan Susuhunan Prabu Jaka. Isinya, sebuah seruan untuk berjihad melawan penjajah Belanda.

Snouck Hurgronje mencatat bagaimana orang dari seluruh Nusantara ikut membicarakan perlawanan Aceh tehadap Belanda, dan bagaimana mata mereka dibuka mengenai penjajahan Belanda, Inggris, dan Perancis atas bangsa-bangsa Islam. Ketika itu para haji hidup beberapa bulan dalam suasana anti kolonial.

Sumber www.voa-islam.com
Read More..
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...